Selasa, 29 Desember 2015
Minggu, 13 Desember 2015
Jumat, 27 November 2015
Kamis, 26 November 2015
Jangan Coba-coba Menyelisihi Sunnah
Kita berada
di zaman ketika ada amalan sunnah Rasul maka mereka enggan melakukan dan bilang
“Kan Cuma sunnah”
Sementara
kita tahu bagaimana para sahabatt radhiAllah’anhum ketika mengetahui sunnah
Rasul maka mereka melakukannya karena itu adalah “sunnah”
Semoga kita
terhindar dari golongan yang menyelisihi dan mengingkari sunnah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam
Minggu, 22 November 2015
Sabtu, 21 November 2015
Setiap Orang Memilik Masa Lalu
Semua orang
memiliki masa lalu
Bisa jadi
masa lalu itu indah, bahagia, dan positif
Bisa jadi
pula masa lalu itu kelam, buruk dan negatif
Akan tetapi
sungguh tidak bijaksana apabila kita menghukumi orang berdasarkan masa lalunya
Mungkin
orang tersebut terpengaruh oleh lingkungan
Mungkin
orang tersebut belum sanggup meninggalkan kemaksiatannya
Mungkin
orang tersebut masih belum tahu ilmunya
Mungkin
orang tersebut baru mendapat hidayah setelah kita mengenalnya
Sungguh,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah insan terbaik yang Allah
ciptakan
Dia mengubah
suatu masyarakat yang memiliki masa lalu penuh kejaihiliyahan
Menjadi masyarakat
madani, masyarakat yang beradab dan bermartabat
Sahabat-sahabat
yang membersamai beliau bahkan masa lalunya ada yang menentang beliau secara
terang-terangan
Perhatikan
salah satu hadits berikut :
Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud radiallahuanhu beliau
berkata : Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam menyampaikan kepada kami dan
beliau adalah orang yang benar dan dibenarkan : Sesungguhnya setiap kalian
dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya sebagai setetes mani selama empat
puluh hari, kemudian berubah menjadi setetes darah selama empat puluh hari,
kemudian menjadi segumpal daging selama empat puluh hari. Kemudian diutus
kepadanya seorang malaikat lalu ditiupkan padanya ruh dan dia diperintahkan
untuk menetapkan empat perkara : menetapkan rizkinya, ajalnya, amalnya dan
kecelakaan atau kebahagiaannya. Demi Allah yang tidak ada Ilah selain-Nya,
sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli surga hingga
jarak antara dirinya dan surga tinggal sehasta akan tetapi telah ditetapkan
baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli neraka maka masuklah dia ke
dalam neraka. sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli
neraka hingga jarak antara dirinya dan neraka tinggal sehasta akan tetapi telah
ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli surga maka
masuklah dia ke dalam surga.
(Hadits Riwayat
Bukhori dan Muslim).
Kita lihat
salah satu teladan dari kalangan sahabat Nabi sekaligus Khulafaur Rasyidin
Ialah Abu
Hafsh, Umar bin Khattab rahiyallahu ta’ala ‘anhu
Kisah ini
sebagai sebuah cerminan bagi kita bahwa masa lalu yang kelam tidak menyurutkan
seseorang untuk menjadi sosok baru yang memiliki kemuliaan disisi Allah azza wa
jalla.
Karena
seburuk apapun masa lalu kita, selagi ada kesempatan maka harus digunakan untuk
bertaqwa kepada Allah azza wa jalla.
Sebelum
masuk Islam, Umar bin Khattab adalah salah seorang yang keras permusuhannya
kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Begitu kuat hasratnya untuk
membunuh beliau.
Akan tetapi,
hidayah menjemput Umar bin Khattab yang memeluk agama Islam setelah saudara
perempuan dan suaminya memeluk Islam.
Tidak hanya
masuk Islam, akan tetapi Umar bin Khattab juga dinisbatkan sebagai orang-orang
yang mendapat keutamaan bahkan dijamin masuk surge. Dan menjadi orang yang
paling tegas apabila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam disakiti.
Tidak peduli
seberapa buruk masa lalumu
Tidak peduli
seberapa malu dan sakit apabila dirimu mengingatnya
Pintu taubat
dari Allah azza wa jalla senantiasa terbuka untukmu
Asalkan
dirimu berniat kuat untuk menyesalinya, meninggalkannya, dan berjanji untuk
tidak mengulanginya.
Walaupun tidak
sedikit cercaan dari orang-orang yang berada di masa lalumu
Walaupun tidak
sedikit yang memvonis dirimu berdasarkan masa lalumu
Walaupun tidak
sedikit air mata yang engkau teteskan di pipimu
Tetaplah
istiqamah di jalan Allah azza wa jalla dan genggamlah sunnah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam
Wahai
saudaraku dan saudariku yang berhijrah
Berubah jadi
baik memang susah dan butuh kesabaran
Banyak
dugaan, banyak halangan bahkan bisa berdarah-darah
Tapi
yakinlah, Allah tetap disisi untuk membantumu dalam perubahan.
Saudaramu,
yang mendoakan dalam hijrahmu, Kharisma Ridho
Jumat, 20 November 2015
Selasa, 10 November 2015
Pemuda, kok mlempem
Masa muda merupakan masa keemasan, dimana masa ini merupakan
masa yang optimal untuk membangun masa depan kita.
Masa muda adalah masa dimana masa ini seorang individu akan
cenderung ingin “terlihat” dihadapan manusia dan ingin membuat suatu “perubahan”
sesuai keinginan mereka.
Akan tetapi sekarang ini banyak kita dapati anak muda-anak
muda di negeri kita yang kita cintai ini sangatlah jauh dari kata “Religius”
bahkan “moralitas” pun sudah jatuh. Kita
cermati bahwa persentase anak muda yang mengenyang pendidikan universitas tidak
lebih dari 5%. Akan tetapi mahasiswa-mahasiswa kampus mayoritas adalah pemuda
yang “bermasalah”. Coba perhatikan, kebanyak mahasiswa-mahasiswa sekarang itu
hanya sibuk dengan urusan-urusan yang duniawi. Syukur-syukur urusan dunia yang
bermanfaat, tapi kebanyakan mereka menyibukkan diri dengan hal yang konyol dan
tidak mendatangkan kemanfaatan.
Misalnya adalah mahasiswa disibukkan dengan pesta. Bagaimana
tidak? Kebanyakan mahasiswa yang katanya “gaul” memiliki untuk menyibukkan diri
dengan urusan pesta. Setiap berkumpul dengan temannya obrolan dan tujuanya cuma
untuk mengadakan pesta, menghadiri pesta, nongkrong-nongkrong, lebih-lebih
mereka juga berpeluang untuk melakukan kemaksiatan kepada Allah azza wa jalla.
Contoh lain lagi adalah, membuat suatu acara yang tidak
bermanfaat. Misalnya adalah konser musik, DJ party, subhanallah acara-acara
mahasiswa sungguh tidak moralis sekarang dan sudah mulai aneh. Seharusnya kalau
acara yang berkelas dan bermanfaat begitu lah, misalnya seminar mengenai
profesi masing-masing fakultas.
Mahasiswa sekarang juga disibukkan dengan hobi yang tidak
bermanfaat seperti nonton film, main game online, apapun bentuknya baik di PC
maupun di HP. Bahkan saking kuat adiksinya, sambal makan, sambal BAB, tangan
tuh sulit lepas dari namanya HP atau sekarang disebut smartphone. Makah hobi seperti ini merugikan dan mengekang
kreativitas pemuda-pemuda negeri.
Yang terakhir ini adalah hal yang paling berat mungkin yang
dialami mahasiswa, yaitu cinta dan romantisme. Nah.. kalau ini mah, sulit
memang untuk keluar dari fitnah syahwat. Apalagi bagi laki-laki dimana sungguh
sangat luar biasa fitnah wanita saat ini.
Dari segala arah, banyak aurat diumbar,Bagian tubuh wanita pun seperti binatang liar,untuk dipersembahkan kepada lelaki yang pandangannya lapar,akhirnya pun terjadi timbul perbuatan yang keji dan mungkar.Naudzubillahi min dzalik, wa naudzubillahi minnannar
Coba pikirkan, apabila kebanyakan pemuda sekarang penuh
dengan syubhat dan syahwat serta keblinger semua, siapa yang akan memimpin
kelak? Yang memegang kepemimpinan masyarakat mayoritas atau minoritas? Jadi,
ayolah sebagai pemuda, tuntunlah ilmu agama dan jadilah ahli di bidang kalian
masing-masing. Karena, kita sebagai pemuda merupakan tonggak perjuangan negeri
ini, dan tonggak perjuangan agama Allah azza wa jalla ini.
Kenapa masa muda ini sangat penting untuk dibahas? Sebagai
muslim, kita harus patuh dan taat dengan perintah Allah dan rasul-Nya kan?
Sepakat? Perhatikan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
Tidaklah bergeser kedua kaki seorang hamba (menuju batas shirothol mustaqim)
sehingga ia di tanya tentang umurnya untuk apa ia habiskan, ilmunya untuk apa
ia amalkan, hartanya dari mana ia peroleh dan dikemanakan ia habiskan dan masa
mudanya untuk apa ia gunakan.” (HR Shahih Turmizi dan Ad Damiri).Jadi mulai sekarang, persiapkan jawaban untuk menjawab “Masa muda kita untuk apa kita gunakan?”
Allah
berfirman :
Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari
keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi
kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan
beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha
Mengetahui lagi Maha Kuasa.(QS Ar-Rum :54)
Perhatikan ayat di atas, Allah menjadikan
kuat sesudah lemah yang artinya pertama adalah Allah menciptkan manusia yang
kuat yaitu saat masa muda diantara dua kelemahan yaitu kelemahan pertama yang
dimaksud adalah masa kecil dan kelemahan kedua yang dimaksud adalah masa tua.
Dan para ulama berpendapat bahwa masa muda berakhir pada usia 40 tahun. Maka
benar-benar manfaatkanlah masa muda kita sekarang ini.
Rasulullah Shallallahu ‘aihi Wassallam bersabda,
“Allah tidak lagi menerima alasan dan uzur seorang hamba
yang usianya telah dipanjangkan-Nya hingga 60 atau 70 tahun; sungguh Allah
tidak lagi menerima alasannya, sungguh Dia tidak lagi menerima uzurnya.” (HR
Ahmad)
Dengan demikian, batas usia manusia yang telah dicukupkan
Allah untuk berpikir, menurut pendapat yang paling sahih, adalah 60 tahun. Jika
60 dan 70 tahun adalah usia di mana Allah telah menutup pintu alasan dan uzur
bagi hamba-Nya, juga merupakan masa-masa sehat seorang hamba, berarti kira-kira
segitulah rata-rata usia umat Nabi Muhammad. Menurut Al-Khithabi, orang yang
telah mencapai usia 60 tahun tidak lagi diberi kesempatan untuk mengungkapkan
alasan dan uzurnya. Misalnya dengan berkata, “Coba seandainya Allah memberiku
umur yang lebih panjang lagi, maka aku dapat lebih banyak beribadah lagi.”
Karena, usia 60 tahun itu sudah dekat dengan kematian. Dalam usia itu,
seseorang semestinya sadar, segera bertobat kepada Allah, dan lebih fokus lagi
beribadah. Selama usia itu, uzur demi uzur telah dilaluinya, alasan demi alasan
telah diungkapkannya, dan peringatan demi peringatan telah diterimanya.
Saya, juga sebagai mahasiswa, ada beberapa hal yang menjadi
permasalah pemuda. Pikiran pemuda sebagian hanya 3, yaitu :
1.
Pasangan
Ngomongin soal pasangan, para pemuda
khawatir kalau nanti tidak mendapatkan jodoh sehingga mereka mengambil jalan
pintas dengan cara yang dinamakan “Pacaran”. Subhanallah, Pacaran itu kayak
korupsi saudara dan saudariku. Bagaimana tidak, melalui pacaran kalian
menikmati sesuatu yang haram yang belum halal untuk kalian nikmati. Jadinya
menikmati sesuatu yang haram bukan?
Tapi tapi tapi, khawatir kalau ga dapat
jodoh? Subhanallah, percaya kan sama janji Allah. Allah berfirman :
Wanita-wanita yang keji
adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat
wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk
laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang
baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh
mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga).
(QS An-Nur : 26)
Selain itu islam juga memberikan solusi
berupa ta’aruf. Akan tetapi jangan melabeli pacaran kalian dengan ta’aruf. Ta’aruf
itu harus ada perantara antara lelaki dan perempuan, ga boleh tiap hari ta’aruf
di kafe. Paham ya?
Jadi sebagai pemuda, usahakan Jangan telat menikah dan hindari ikhtilat sebisa mungkin.
2.
Lingkungan
Untuk lingkungan ini, carilah yang
kondusif. Jangan bergaul sama preman, jangan bergaul sama kumpulan orang
bertato. Karena kita harus bener-bener pintar dalam memilih teman. Salah teman
bisa salah jalan. Rasululllah shallallhu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Seseorang itu menurut agama
teman dekatnya, maka hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman
dekatnya.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)
Dan selanjutnya, jauhilah rokok. Selain diketahui bahaya dari rokok
secara kesehatan juga karena rokok bisa menjadi pintu gerbang menuju hal yang
lebih buruh, yaitu narkoba.
3.
Harta
Keuangan atau harta bisa menjadi salah satu
yang bikin pemuda gagal sukses. Karena mereka mati-matian mengejar harta, tanpa
memperhatikan nilai keberkahan dari harta itu sendiri. Perhatikan perkataan
dari sosok dari negeri kita, Buya Hamka :
“Jika hidup hanya sekedar hidup, babi di
hutan juga hidup. Jika bekerja hanya sekedar bekerja, monyet juga bekerja"
Jadi
seoarang pemuda harus kreatif dalam mencari rezeki dengan cara yang ma’ruf dan
halal.
Sehingga solusi dari ini semua adalah sebagai
pemuda jangan mlempem, jadilah pemuda yang tegas dan bekerja keras dan tak lupa
pegang teguh Al-Quran dan as-sunnah sebagai pedoman hidup. Jangan sampai mudah
tertipu dengan syubhat dan syahwat yang mengepung dari berbagai arah. Semoga
Allah merahmati kita semua. Selanjutna insyaaAllah akan diceritakan kisah-kisah
para pemuda di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Wallahu
a’lam bish showab
Selasa,
28 Muharram 1437H
Akhukum,
Kharisma Ridho H
Minggu, 08 November 2015
Jagalah Pintu Surga di Rumahmu
Banyak orang yang ingin masuk surga dengan mencari jalan jauh-jauh, sementara pintu surga yang dekat dari dirinya tidak diketuk sedikitpun, sungguh amat disayangkan.Pintu surga dalam islam
Dalam hadits yang shahih, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjelaskan pintu surga ada 8. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
Barangsiapa yang bersaksi tiada yg disembah selain Allah dan bersaksi bahwa Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam adalah rasul dan hamba Allah, dan barangsiapa yang bersaksi bahwa Isa 'alahi salam adalah hamba Allah dan putra dari hamba Allah juga, dan dia bersaksi bahwa surga itu benar adanya, dan bersaksi juga bahwasanya neraka benar adanya, barangsiapa yg melakukan 4 hal ini, maka Allah akan memasukannya ke salah satu dari 8 pintu surga yg dikehendaki oleh Allah azza wa jalla (HR bukhari dan Muslim)
8 pintu surga itu ada namanya, akan tetapi dari ke delapan pintu teresebut ada yg disebutkan secara gamblang dan ada yang tidak, berupa penafsiran para ulama. Ada 4 pintu yang disebutkan secara gamblang, yaitu pintu shalat, pintu jihad, pintu sedekah dan pintu rayyan (untuk yang rajin puasa).
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda
Barangsiapa yang rajin shalat akan dipanggil dari pintu shalat, dan barangsiapa yang rajin jihad akan dipanggil dari pintu jihad, dan barangsiapa yang rajin jihad akan dipanggil dari pintu sedekah, dan barangsiapa yang rajin puasa akan dipanggil dari pintu rayyan. (HR bukhari dan Muslim).
Rayyan itu kebalikannya haus, yang artinya tidak haus. Allah ingin membalas orang yang rajin puasa dengan rayyan karena sewaktu di dunia dia telah berkorban menjadi haus saat puasa sehingga diganjar di surga dengan rasa ketidak hausan. Karena di surga tidak ada puasa, sehingga diganjar dengan rayyan.
Fokus, dari tulisan ini mengenai surga yang ada di rumah adalah ternyata di dalam rumah kita ada pintu surga yang apabila kita senantiasa jaga dan pelihara akan mengantarkan kita ke surga. Dan subhanallah, pintu yang ada di rumah yang bisa mengantarkan kita ke surga sering kita abaikan, sungguh ironi bukan.
Ada orang yang jauh-jauh mencari jalan ke surga padahal di rumahnya sendiri ada, apakah pintu itu?
Sebelum menjawab, simak kisah seorang ulama yang bernama Iyas bin Mu'awiyah.
Pada suatu hari Iyas bin Mu'awiyah kehilangan ibunya lantaran meninggal dunia. Dan wajar sebagai seorang manusia yang kehilangan orang tua, beliau bersedih. Akan tetapi tangisan beliau menurut orang-orang dinilai kurang wajar, terlalu lama. Akhirnya ditanya seorang temannya, "Apa yang membuatmu menangis begitu lama?"
"Kemarin saya masih punya dua pintu surga di rumahmu, sekarang satu pintu sudah ditutup"..
Maksud dari pintu surga di rumah adalah "BERBAKTI PADA ORANG TUA"
Inilah yang jarang kita sadari dan lalaikan.
Dan diantara kita tidak sedikit yang masih memiliki dua pintu surga di rumah dan diantaranya juga yang pintu surga rumahnya tinggal satu dan bahkan ada juga yang pimtu surga rumahnya sudah tiada.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda
Orang tua adalah pintu surga yang paling tengah, kalau kamu sia-siakan pintu itu atau jagalah pintu itu (Hr Tirmidzi)
Tinggal diri kita, apakah kita termasuk orang yang menyia-nyiakan pintu surga ini, apakah yg menjaga dengan baik sehingga akan menjadi jalan kita ke surga.
Semua orang ingin ikut surga bukan?
Banyak orang yang ingin masuk surga dengan mencari jalan jauh-jauh, sementara pintu surga yang dekat dari dirinya tidak diketuk sedikitpun, sungguh amat disayangkan.
Banyak kaum muslimin yang apabila disuruh orang tua untuk melakukan sesuatu maka dia merasa berat untuk melakukannya.
Misalnya : "Le, tulung gawakne belanjane Ibu", "Nak, tolong antarkan ibu belanja ke pasar". Hal ini terasa beratkah saudaraku? Terutama untuk yang masih muda-muda.
Kalau misalnya ia sadar bahwa dengan melakukan apa yang diminta orang tua akan mengantarkannya ke surga, maka bukankah suatu tawaran yang menggiurkan.
Misalnya, cucikan baju orang tua, cucikan piring-piring dirumah, ini akan menyenangkan orang tua dan yakini bahwa hal tersebut akan mengantarkanmu ke surga maka InsyaaAllah dirimu akan dengan ringan hati mengerjakannya.
Kata Imam Muhammad ibnu Munkadzir bercerita
Semalam suntuk saya memijat ibunda saya, sementara saudara saya yang bernama umar bin Munkadzir shalat malam semalam suntuk. Saya tidak pernah minder dengan amalan saya terhadap umar.
Inilah pemahaman fiqh para ulama, bahwa shalat malam dan berbakti pada orang tua sama-sama akan mengantarkan kita ke surga. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah ditanya tentang amalan apa yang paling banyak memasukkan seorang hamba ke surga. Maka dijawab oleh beliau "Taqwa kepada Allah dan akhlak yang mulia."
Dari umar mengambil "Taqwa kepada Allah" sementara Imam Muhammad mengambil "akhlak yang mulia". Hadits tersebut adalah riwayat At-Tirmidzi
Banyak di Al-Quran yang menyebutkan agar kita berbakti kepada orang tua. Salah satunya Al-Isra :23-24 :
"ALLAH mewajibkan atas kalian agar beribadah kepada Allah dan hendaklah kalian berbuat baik kepada orang tua. Seandainya salah satu atau kedua orang tua sudah lanjut usia dan berada di pengawasanmu maka janganlah kalian mengucapkan "Ah.." dan jangan membentak mereka. Dan berbicalah kepada mereka berdua dengan kata-kata yang sopan."
"Rendahkanlah diri kalian dihadapan orang tua kalian karena kasih sayang kalian. Dan ucapkanlah "Ya Allah, sayangilah orang tuaku sebagaimana keduanya mendidik aku ketika aku masih kecil"
Ayat ini berisikan dua hak yang sangat besar. Yang pertama hak Allah, kita wajib beribadah kepada Allah, bertauhid atas Allah. Ini adalah hak asasi Allah. Yang kedua, berbuat baik kepada orang tuamu, ini adalah hal yang besar. Dalam ayat ini, menggunakan kata ihsan yang berarti segala perbuatan, perkataan dan perilaku baik bersifat fisik maupun finansial. Berikut kisah seorang ulama lagi, Muhammad Ibn Sirri. Pada zaman beliau, kurma sangat mahal hingga mencapai 1000 dirham (konversi sekitar 50 juta). Ketika itu ibu beliau berkata "Nak, Ibu ingin kurma". Langsung dibelikan sama beliau. Bayangkan, 50 juta dikeluarkan untuk ibunya. Teman-temanya bertanya "kenapa kamu membeli kurma yang sangat mahal? Nunggu nanti-nanti waktu harga turun kan bisa.?"
"Apapun yang diminta orang tua, kalau saya mampu akan saya penuhi."
Lihatlah zaman sekarang ini, banyak anak yang keterlaluan luar biasa. Ceritanya ada orang tua yang pinjam uang anaknya, dan sia anak tersebut menagih utang ke orang tuanya sampai sakit-sakitan. Laaillaaha illallaah..
Sungguh buruk sekali, ada orang tua yang kepikiran sampai sakit karena ditagih oleh anaknya. Naudzubillah.
Coba tengok hadits berikut.
Pada suatu hari ada seorang datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang melaporkan bapaknya, berkata "Wahai Rasul, bapakku ini sudah buat aku bangkrut, sudah menghabiskan hartaku" Rasulullah berkata "Ketauhilah bahwa kamu dan hartamu adalah milik hartamu".(HR Ahmad, Hasan).
Perhatikan, ga cuma harta kita tapi tubuh kita juga milik orang tua. Sungguh keterlaluan apabila seorang anak "itung-itungan" dengan orang tuanya. Selama kita mampu maka penuhilah kebutuhan orang tua, maka Allah akan membalasnya dengan ganjaran yang luar biasa.
Dalam ayat tersebut disebutkan orang tua yang sudah lanjut usia karena untuk menjelaskan ketika orang tua sudah lanjut usia lebih besar kebutuhannya terhadap anaknya karena mereka sudah lemah. Tangan yang sudah keriput itulah yang telah menuntun kita untuk belajar berjalan, mengganti pakaian kita, menyuap kita makan, bekerja untuk memenuhi kebutuhan, tapi sekarang tangan yang sudah keriput itu membutuhkan bantuan kita untuk dituntun jalannya, untuk kita bantu menjalani sisa hidupnya.
Ada kisah lagi, ada banyak kisah karena kisah inilah yang dapat memotivasi kita agar lebih berbakti pada orang tua. Ada seorang laki-laki mendatang Ubaidillah bin Umair..
"Wahai Ubaidillah, sesungguhnya aku telah menggendong ibuku dari Khurasan sampai selesai haji. Apakah dengan yang aku lakukan menurut kamu sudah menbalas jasa orang tuaku atas diriku?"
"Tidak, kamu belum bisa membalas walaupun hanya sekedar membalas kontraksi uterus satu kali".
Lihatlah satu kali koktraksi aja belum bisa terbalas, padahal ada berapa kali kontraksi? Bukankah melahirkan lebih berar dari kontraksi? Subhanallah
Mengenai perkataan "ah".
Para ulama mengatakan seandainya ada perkataan kedurhakaan dibawah "ah" maka Allah akan memasukkan kata tersebut. Sehingga apabila ada yang berkata lebih kasar maka itu adalah kedurhakaan.
Dengarlah, meskipun orang tua kita senantiasa sentimen dan menyalahkan kita maka bersabarlah. Bukankah kita waktu kecil juga menjengkelkan orang tua kita?
Yang dibutuhkan mereka adalah belaian kasih sayang kita terhadap orang tua kita.
Dan berbicaralah dengan bahasa yang santun.
Usahakan ketika berbicara dengan orang tua kita dengan bahasa sopan, gunakan bahasa yang santun yang dapat membuat hati mereka adem. Terkadang mereka hanya ingin didengarkan maka jangan lah mengeluh apabila mereka menceritakan masa masa dahulu dan diulang-ulang.
Mereka senang apabila kita meluangkan waktu untuk berbicara dengan mereka. Coba lihat sekarang, seberapa kali kita berbicara pada orang tua kita? Oke, buat yang merantau, seberapa sering kalian telpom orang tua kita?
Wakktu berbicara pada orang tua, seberapa sering kalian menyembi sambil main gadget? Subhanallah, dia orang tua kalian adalah yang sosok manusia yang harus kalian hormati. Dan yang lebih parah lagi, ada yang malu dengan status sosial orang tua kita.
Tentang arti, rendahkanlah diri kalian dihadapan orang tua kalian.
Maka posisikan diri kita lebih rendah dari orang tua, ketika bertemu dengan orang tua maka kita sebagai dokter, spesialis apapun, doktor, profesor, jenderal, rektor, JABATAN apapun maka tanggalkan jabatan itu dan temui orang tua dengan jabatan ANAK.
Ada seorang ulama, yang kurang sehat.
Pada suatu hari saat sedang memberikan kajian ilmu kepada muridnya, ibunya berteriak dari jendela "wahai Anakku, wahai anakku", maka beliau berkata "Aku penuhi panggilanku wahai ibunda". Maka dia langsung menutup majelis ilmunya dan bersegera mendatangi ibunya. "Ada apa wahai ibundaku?". Ibunya berkata "Itu ayam-ayamu engkau beri makan".
Bayangkan seorang ustadz, seorang syeikh dipanggil ibunya hanya untuk memberi makan ayam sampai-sampai menunda majelis ilmunya. MasyaaAllah.
Kemudia setelah memberi ayam dia kembali ke majelisnya, dan bertanya pada murid-muridnya, "Kalian tau kenapa aku menutup majelis tadi?" Maka dia jawab "saya memenuhi perintah orang tua hukumnya adalah fardhu 'ain sementara saya mengajari kalian ilmu hukumnya adalah fardhu kifayah."
Dari kisah ini maka inti pelajarannya adalah kita harus merendahkan diri di hadapan orang tua, setinggi dan semulia apapun jabatan dan sebanyak apapun harta kita.
Ketika kita duduk dihadapan bos, ketua, dan atasan kita maka kita berperilaku sangat sopan. Bagaimana dengan orang tua?
Coba bandingkan apa yang sudah diberikan orang tua kita dan bos kita.
Jika bukan karena kekuasaan Allah dan sebab perantara orang tua kita, makamkita tidak mungkin hidup di dunia ini. Jadi sudah jelaskan siapa yang memiliki jasa lebih besar terhadap kita? Maka perbaikilah sifat terhadap orang tua kita.
Akan tetapi diingatkan lagi tentang niat kita, lakukanlah itu karena ikhlas karena Allah sehingga kita berkasihsayang kepada mereka, bukan karena ada maunya. Karena akan beda efeknya, dan ganjaran dari Allah juga tergantung dari apa yang kita niatkan. Dan yang terakhir adalah doakanlah mereka, "Ya Allah, sayangilah mereka sebagaimana mereka sayang kepadaku sewaktu kecil". Doa menjadi hal yang pentingn karena doa adalah inti dari setiap ibadah. Doakanlah kebaikan untuk orang tua kita, mohonkanlah ampunan darimAllah terhadap mereka.
Perhatikan, hadits dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu :
Pada suatu hari ada seseorang yang datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam untuk bertanya "Siapakah manusia yang paling berhak untuk saya sikapi dengan sikap yang baik?.. Rasul menjawab "Ibumu". Dia berkata "Lalu siapa lagi?" Rasul menjawab "ibumu", dia berkata lagi "Lalu siapa lagi", Rasul menjawab lagi "Ibumu". Dia berkata lagi "kemudian siapa lagi?", Rasul menjawab "Ayahmu". (HR Bukhari dan Muslim)
Zainal Abidin adalah seseorang yang sangat berbakti kepada ibunya. Saking berbaktinya, ada orang-orang berkata kepadanya, “Sungguh, kamu adalah orang yang sangat berbakti kepada ibumu. Tetapi, kami tidak pernah melihat kamu makan bersama ibumu dalam satu piring?” Dia menjawab, “Saya khawatir mendahului makan makanan yang hendak dimakan oleh ibu saya. karena menurut saya itu termasuk tindakan durhaka kepadanya.” (Lihat kitab Muhadharat Al-Adiba’ hlm. 327 dan kitab Wafayat Al-A’yan (III/268).
Nabi Muhammad shallallahu 'alaihin wasallam bersabda :
"Celaka, celaka dan celaka !", para sahabat bertanya : siapa orang itu wahai Rasulullah?". Rasul berkata : "Orang yang menjumpai salah satu atau kedua orang tua dalam keadaan lanjut usia kemudian peluang itu tidak bisa memasukan dia ke surga" (HR Muslim)
Lihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyebutkan celaka sampai tiga kal, ini berarti masalah yang serius. Dan beliau tidak menyebutkan celaka ini di akhirat saja sehingga ini adalah kecelakaan di dunia dan akhirat. Karena bisa jadi kegalalan di dunia merupakan akibat kealpaan kita kepada orang tua. Maka bagi yang memiliki orang tua di keadaan lanjut usia, peluk dan minta maaflah kepada mereka dan selanjutnya berbaktilah kepada mereka semampu yang kita bisa. Sebanyak apapun pengorbanan dan sebanyak apapun harta yang kita berikan maka tidak akan bisa menandingi apa yang diberikan orang tua kita kepada kita.
Selain berbakti di dunia, tentunya kita ingin agar kita bisa menularkan hidayah kepada orang tua kita. Kita pasti ingin bersama-sama di dunia iya, bersama-sama di surga juga iya. Semoga Allah merahmati kita semua.
Allah berfirman dalam Surat At-Tur : 21 :
"Dan orang-orang yang berfirman lalu diikuti oleh anak-anaknya, keturunannya juga beriman, Kami akan gabungkan antara dia, anaknya dan juga ibunya."
Jadi kalau ingin bersama-sama di surga, maka kita harus berusaha mendakwahi kuluarga kita. Sukses menurut definisi Allah adalah terhindar dari neraka dan dimasukkan ke surga dan mendapat nikmat-Nya. Maka keluarga sukses adalah sekeluarga masuk surga.
Maka yang dilakukan adalah kita mendakwahi dengan cara yang baik, jangam dengan cara menggurui. Gunakan tekonologi media yang ada sekarang, misalnya ketika bersama keluarga maka nyalakan radio dakwah atau TV dakwah. Selain itu, bantu dengan berperilaku yang baik, maka InsyaaAllah orang tua akan mendukung kalian untuk ngaji bahkan bisa-bisa mereka ingin ikut ke kajian yang kalian ikuti.
Ya Allah, semoga engkau selalu merahmati dan melindungi orang tua hamba
Serta melindungi keluargaku, kakak-kakakku
Akhukum Kharisma Ridho Husodo
Perjalanan Wonogiri - Malang, 26 Muharram 1437H
Sabtu, 07 November 2015
Al Wala' wal Bara'
Akhi, bukankah kita saudara? Bukankah sesama muslim kita saudara?
Akan tetapi kenapa engkau membenciku? Dan kenapa engkau malah lebih mempercayai orang musyrik itu?
Sahabat seiman, mungkin pernah dengar adanya perpecahan antara muslim karena berbeda golongan. Subhanallah, ingattlah akhi ukhti, Salah satu dari prinsip aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah, yaitu mencintai dan memberikan wala' (loyalitas) kepada kaum Mukminin, membenci kaum musyrikin dan orang-orang kafir serta berpaling (bara') dari mereka.Itulah prinsip yang disebut Al-wala' wal bara'
[Definisi Aqidah Al-Wala' wal Bara']
Aqidah al-wala' wal-bara' dapat didefinisikan sebagai
penyesuaian diri seorang hamba terhadap apa yang dicintai dan diridhai Allah
serta apa yang dibenci dan dimurkai Allah, dalam hal perkataan, perbuatan,
kepercayaan, dan orang. Dari sini kemudian kaitan-kaitan al-wala' wal bara'
dibagi menjadi empat:
1. Perkataan
Do’a dan dzikir yang sesuai dengan Sunnah adalah dicintai
Allah, sedangkan mencela dan memaki dibenci Allah Azza wa Jalla.
2. Perbuatan
Shalat, puasa, zakat, sedekah dan berbuat kebajikan,
mengerjakan Sunnah-Sunnah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dicintai Allah
sedangkan tidak shalat, tidak puasa, bakhil, riba, zina, minum khamr, dan
berbuat bid’ah dibenci Allah Subhanahu wa Ta'ala.
3. Kepercayaan
Iman dan tauhid dicintai Allah, sedangkan kufur dan syirik
dibenci Allah Subhanahu wa Ta'ala.
4. Orang
Orang yang Muwahhid (mengikhlaskan ibadah semata-mata karena
Allah Subhanahu wa Ta'ala) dicintai Allah sedangkan orang kafir, musyrik, dan
munafiq dibenci Allah Azza wa Jalla.
[Kedudukan Aqidah Al-Wala' wal Bara']
Pertama, Al-Wala' wal bara' merupakan bagian penting dari
makna syahadat. Maka, ungkapan لاَ
إِلَهَ (tiada ilah) dalam
syahadat: لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ
(tiada ilah yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah) berarti melepaskan
diri dari semua sesembahan selain Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
“Sungguh Kami telah mengutus kepada tiap-tiap ummat seorang
Rasul (yang menyerukan): ‘Beribadahlah hanya kepada Allah dan jauhkanlah
thaghut...’” [An-Nahl: 36]
Thaghut adalah semua yang disembah selain Allah Azza wa
Jalla.
Kedua, Al-Wala' wal bara' merupakan bagian dari ikatan iman
yang paling kuat. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
“Ikatan iman yang paling kuat adalah loyalitas yang kuat
karena Allah dan permusuhan karena Allah, mencintai karena Allah dan membenci
karena Allah.” (HR. ath-Thabarani, dinyatakan hasan oleh asy-Syaikh al-Albani dalam as-Silsilah ash-Shahihah)
Ketiga, Al-Wala' wal bara' merupakan faktor utama yang
menyebabkan hati dapat merasakan manisnya iman.
Bahwasanya ada seorang sahabat yang sedang berada di sisi Nabi shāllallahu ‘alaihi wa alihi wasallam, kemudian seseorang lewat di hadapan mereka. Lantas sahabat ini mengatakan: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku benar-benar mencintai orang ini”. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pun berkata kepadanya: “Apakah engkau telah memberitahukan rasa cintamu kepadanya?” Ia berkata: “Belum.” Beliau berkata: “Jika demikian, pergilah dan beritahukan kepadanya”. Maka ia langsung menemui orang itu dan mengatakan “Inni uhibbuka fillah” (sesungguhnya aku mencintaimu karena Allah), lalu orang tersebut menjawab: “Ahabbakalladzi ahbabtani lahu” (Semoga Allah mencintaimu, Dzat yang telah menjadikanmu mencintai aku karena-Nya). (HR Ahmad dan Abu Daud)
Keempat, Pahala yang sangat besar bagi orang yang mencintai
karena Allah,
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
“Ada tujuh golongan manusia yang akan mendapat naungan Allah pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya[Q1]. (1) Pemimpin yang adil, (2) Seorang pemuda yang menyibukkan dirinya dengan ibadah kepada Allah (3)Seorang yang hatinya selalu terikat pada masjid, (4) Dua orang yang saling mencintai kerana Allah,
berkumpul dan berpisah kerana Allah juga, (5) Seorang lelaki yang di
ajak zina oleh wanita yang kaya dan cantik tapi ia menolaknya sambil
berkata ‘Aku takut kepada Allah’, (6) Seseorang yang bersedekah dengan
menyembuyikannya hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang
diinfaqkan oleh tangan kanannya, serta (7) Seorang yang berzikir kepada
Allah di kala sendiri hingga meleleh air matanya basah kerana menangis.”(HR Bukhari)
[Hukum Aqidah Al-Wala' wal Bara']
Hukum al-wala' wal bara' dalam syari’at Islam adalah wajib,
bahkan merupakan salah satu konsekuensi syahadat. Mengenai hukum wajibnya,
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
“Janganlah orang-orang mukmin menjadikan orang-orang kafir
sebagai wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barangsiapa berbuat
demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah kecuali karena (siasat)
memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka...” [Ali ‘Imran: 28]
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadikan
orang-orang Yahudi dan Nashrani sebagai pemimpin-pemimpinmu, sebagian mereka
adalah pemimpin bagi sebagian yang lainnya. Barangsiapa di antara kamu yang
menjadikan mereka sebagai pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk
golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
yang zhalim.” [Al-Maa-idah: 51]
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
“Kamu tidak akan mendapati suatu kaum yang beriman kepada
Allah dan hari Akhir, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang
Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang (yang menentang Allah dan Rasul-Nya)
itu adalah bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara atau pun keluarga
mereka...” [Al-Mujaadilah: 22]
Maka sahabat, sangat jelas sekali bahwa Allah azza wa jalla
menekankan kita untuk mencintai seseorang karena Allah dan membencinya karena
Allah. Cintailah seorang muslim karena agamanya, dan bencilah seorang yang
kafir karena agamanya juga.
[Siapa yang Berhak Mendapatkan Wala’ dan Baro’ ?]
.
Orang yang mendapat wala’ secara mutlak, yaitu
orang-orang mukmin yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, menjalankan
kewajiban dan meninggalkan larangan di atas tauhid.
.
Orang yang mendapat wala’ dari satu segi dan
mendapat baro’ dari satu segi, yaitu muslim yang bermaksiat, menyepelekan
sebagian kewajiban dan melakukan sebagian yang diharamkan.
.
Orang yang mendapat baro’ secara mutlak, yaitu
orang musyrik dan kafir serta muslim yang murtad, melakukan kesyirikan,
meninggalkan shalat wajib dan pembatal keislaman lain.
[Tanda Al Wala' wal Bara']
1. Sebagian Tanda Al Wala’
a. Hijrah, yaitu pindah dari lingkungan syirik ke lingkungan
islami, dari lingkungan maksiat ke lingkungan orang-orang yang taat.
b. Wajib mencintai saudara muslim sebagaimana mencintai diri
sendiri dan senang kebaikan ada pada mereka sebagaimana senang kebaikan ada
pada diri sendiri serta tidak dengki dan angkuh terhadap mereka.
c. Wajib memprioritaskan bergaul dengan kaum muslimin.
d. Menunaikan hak mereka: menjenguk yang sakit, mengiring
jenazah, tidak curang dalam muamalah, tidak mengambil harta dengan cara yang
bathil, dsb.
e. Bergabung dengan jama’ah mereka dan senang berkumpul
bersama mereka.
f. Lemah lembut dan
berbuat baik terhadap kaum muslimin, mendoakan dan memintakan ampun kepada
Allah bagi mereka.
2. Di Antara Tanda Al Baro’
a. Membenci kesyirikan dan kekufuran serta orang yang
melakukannya, walau dengan menyembunyikan kebencian tersebut.
b. Tidak mengangkat orang-orang kafir sebagai pemimpin dan
orang kepercayaan untuk menjaga rahasia dan bertanggungjawab terhadap pekerjaan
yang penting.
c. Tidak memberikan kasih sayang kepada orang kafir, tidak
bergaul dan bersahabat dengan mereka.
d. Tidak meniru mereka dalam hal yang merupakan ciri dan
kebiasaan mereka baik yang berkaitan dengan keduniaan (misalnya cara
berpakaian, cara makan) maupun agama (misalnya merayakan hari raya mereka).
e. Tidak boleh menolong, memuji dan mendukung mereka dalam
menyempitkan umat Islam.
f. Tidak memintakan ampunan kepada Allah bagi mereka dan
tidak bersikap lunak terhadap mereka.
g. Tidak berhukum kepada mereka atau ridha dengan hukum
mereka sementara mereka meninggalkan hukum Allah dan Rasul-Nya.
Saudaraku seiman, semoga dengan mengetahui ilmu ini kita
menjadi lebih bisa mencintai sesama muslim meskipun berbeda kelompok dengan
kita, asalkan dia beraqidah yang baik yaitu Ahlus sunnah wal jama'ah. Apabila
saudara seiman kita adalah pelakuka perbuatan tercela maka bencilah
perbuatannya bukan dia sebagai seorang muslim. Dan janganlah menjadikan orang
kafir dan atau musyrik menjadi teman karib kita, karena kita harus mengingat
bahwa dia adalah orang yang mengingkari Allah azza wa jalla dan ajaran
Rasulullah.
Semoga engkau diberikan kemudahan dan keistiqamahan dalam
memahami ilmu, akhi ukhti.
Wallahu a'lam bis showab
Akhukum Kharisma Ridho Husodo
Sumber :
Al-Quran Karim
Shahih Bukhari dan Muslim
muslimah.or.id
almanhaj.or.id
Rabu, 04 November 2015
Merekalah, yang berada di shaf terdepan dalam Islam
Mencintai Sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam merupakan hal yang wajib dilakukan setiap mukmin.
Allah melihat ke hati para hamba. Sebagaimana Allah memilih
siapa yang terbaik hatinya untuk menjadi Rasul dan siapa yang terbaik
hatinya untuk menjadi para Sahabat Rasul. Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu
menyatakan:
Sesungguhnya Allah melihat pada hati para hamba. Kemudian Dia mendapati hati Muhammad shallallahu alaihi wasallam adalah hati terbaik di antara hambaNya. Maka Allah pilih untuk DiriNya, Allah utus beliau dengan risalahNya. Kemudian Allah melihat pada hati para hamba (yang lain) setelah hati (Nabi) Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Allah mendapati hati para Sahabatnya adalah sebaik-baik hati para hambaNya. Maka Allah jadikan mereka sebagai menteri (penolong) Nabinya, yang berperang di atas agamaNya. Maka apa yang dilihat oleh kaum muslimin (para Sahabat Nabi) sebagai kebaikan, maka itu adalah kebaikan di sisi Allah, dan apa yang mereka lihat sebagai keburukan, maka itu buruk di sisi Allah (H.R Ahmad no 3600, alBazzar no 1816 dihasankan oleh Syaikh al-Albany)
Sesungguhnya Allah melihat pada hati para hamba. Kemudian Dia mendapati hati Muhammad shallallahu alaihi wasallam adalah hati terbaik di antara hambaNya. Maka Allah pilih untuk DiriNya, Allah utus beliau dengan risalahNya. Kemudian Allah melihat pada hati para hamba (yang lain) setelah hati (Nabi) Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Allah mendapati hati para Sahabatnya adalah sebaik-baik hati para hambaNya. Maka Allah jadikan mereka sebagai menteri (penolong) Nabinya, yang berperang di atas agamaNya. Maka apa yang dilihat oleh kaum muslimin (para Sahabat Nabi) sebagai kebaikan, maka itu adalah kebaikan di sisi Allah, dan apa yang mereka lihat sebagai keburukan, maka itu buruk di sisi Allah (H.R Ahmad no 3600, alBazzar no 1816 dihasankan oleh Syaikh al-Albany)
Hal ini menunjukkan, Allah memilih para Sahabat sebagai
teman perjuangan Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam yang sah di
dunia. Sahabat bukan semata pilihan Rasulullah, tapi Allah lah yang
memilih demikian. Dalam memberi amanah suatu risalah terhadap Rasull
artinya Allah tidaklah memilihkan kepada Nabi-Nya kecuali agama yang
paling sempurna, dan Allah tidaklah memilihkan sahabat kecuali mereka
lah orang yang terbaik.
Mereka lah manusia-manusia yang paling jernih hatinya, paling bertaqwa setelah Rasulullah. Makanya Allah juga memuji para sahabat dan memberikan rahmat kepada mereka. Dalam surat At-Taubah, Allah ridho kepada mereka, dan mereka ridho kepada-Nya. Allah berfirman :
Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan Ansar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridho kepada mereka dan mereka pun ridho kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar." (Q.S. At-Taubah [9]: 100)
Allah juga telah mengabarkan juga bahwa memberi kabar
gembira berupa surga untuk sahabat dan mereka dijamin surga di dalamnya.
Allah ridho terhadap mereka sahabat yg membaiat Nabi Muhammad
shallallahu 'alaihi wasallam di bawah pohon, yg dikenal dengan Baiatul
Ridwan. Semua yg hadir dalam baiat itu dijamin masuk surga. Yang ikut
dalam baiatul ridwan adalah sahabat-sahabat pilihan. Oleh karena itu
Allah meridhoi mereka dan menurunkan sakinah (ketenangan di hati
mereka). Itu yang diturunkan kepada hati para sahabatnya. Para sahabat
dipuji di dalam surat Al Fath. Allah berfirman :
"Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang kepada sesama mereka. Kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridhoan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar." (Q.S. Al-Fath [48]: 29)
"Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang kepada sesama mereka. Kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridhoan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar." (Q.S. Al-Fath [48]: 29)
Ayat-ayat tersebut merupakan contoh-contoh sanjungan dan
pujian Allah serta Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam kepada para
sahabat secara umum. Selain itu, dalam ayat tersebut disebutkan sifat
sahabat antara lain adalah saling kasih sayang, ahli shalat, sangat
tegas terhadap orang kafir dan wajah mereka bercahaya (karena mereka
ahli shalat, ahli sedekah dan amalan amalan luar biasa yang lain). Dan
Allah telah menjadikan bagi mereka yang berimna dan beramal shaleh
berupa ampunan. Sifat sahabat juga adalah ahli ibadah zahir dan batin,
saling kasih sayang sesama muslim. Sangat tegas terhadap musuh-musuh
Allah dan Rasul-Nya. Allah telah menjajikan mereka dengan surga. Ayat
ini menunjukkan sahabat Nabi, yang intinya dari ayat-ayat tersebut
adalah Allah ridho terhadap sahabat serta cinta, menerima keimanan,
memberikan sakinah kepada mereka dan mereka adalah ahli ibadah, ahli
rahmat dan di hati mereka ada ketegasan terhadap musuh-musuh Allah.
Sehingga tidak ada kumpulan manusia terbaik setelah
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang lebih baik dan lebih
bertaqwa kecuali kumpulan murid-murid Rasulullah yaitu para sahabat.
Oleh karena itu, sahabat rasul adalah batu ujian, siapa yg mencintai
sahabat adalah mukmin dan siapa yg benci sahabat adalah benci islam.
Barang siapa yang cinta Allah, Rasul, Al-Quran,Islam maka
akan cinta sahabat rasul. Dan barang siapa yang benci sahabat maka dia
membenci islam, Al-Quran, Rasul dan Allah.
Karena tidak mungkin berkumpul rasa cinta islam dengan benci kepada sahabat. Karena antara Allah,Rasul, Al-Quran, Islam dan para sahabat terdapat sinergisme dan saling terkait.
Karena tidak mungkin berkumpul rasa cinta islam dengan benci kepada sahabat. Karena antara Allah,Rasul, Al-Quran, Islam dan para sahabat terdapat sinergisme dan saling terkait.
Allah telah mengikat mereka kepada agama ini dan menjadikan
mereka ahli dalam agama ini. Hal ini menunjukkan wajibnya kita
meneladani para sahabat dalam ibadah, ketaatan dan perilaku mereka. Kita
melakukan seperti apa yg mereka lakukan.
Allah ridho terhadap mereka yang berarti perilaku mereka itu pantas untuk ditiru. Allah menurunkan sakinah artinya tuma'ninah, taufiq dan hidayah.
Allah ridho terhadap mereka yang berarti perilaku mereka itu pantas untuk ditiru. Allah menurunkan sakinah artinya tuma'ninah, taufiq dan hidayah.
Dan Allah mengeratkan dengan kalimat taqwa. Allah
menjadikan sahabat terikat pada taqwa. Dan Allah menjadikan sahabat
sebagai ahluddiin yang melaksanakan agama islam ini sehingga Allah
menyebutkan bahwa ketaqwaan mereka terbaik dan berada tepat di atas apa
yang Allah ridhoi. Ini menunjukkan bahwa kita wajib meneladani sahabat
Rasul karrna mereka berhasil menjalani agama dengan benar dan sampai
kepada Ridho Allah maka barangsiapa yang mengikuti di belakang sahabat
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam maka akan sampai pada ridho
Allah juga. Allah ta'ala berfirman :
Jika mereka beriman sebagaimana iman kalian (wahai para Sahabat Nabi), maka sungguh mereka akan mendapatkan petunjuk. Tetapi jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (denganmu), maka Allah Mencukupkan engkau (Muhammad) terhadap mereka (dengan pertolongan-Nya). Dan Dia Maha Mendengar, Maha Mengetahui. (Q.S al-Baqoroh ayat 137).
Jika mereka beriman sebagaimana iman kalian (wahai para Sahabat Nabi), maka sungguh mereka akan mendapatkan petunjuk. Tetapi jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (denganmu), maka Allah Mencukupkan engkau (Muhammad) terhadap mereka (dengan pertolongan-Nya). Dan Dia Maha Mendengar, Maha Mengetahui. (Q.S al-Baqoroh ayat 137).
Diantara para sahabat ada yang dimuliakan Allah diantaranya
ada yg dijamin masuk surga, diberikan kabar gembira dengan disebut
namanya, diberikan kabar gembira dengan mendapat keutamaan akhirat.
Diantaranya penyebutan khusus sahabat adalah hadits berikut :
Dari Abdurrahman bin ‘Auf, dia berkata: Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda: Abu Bakr di surga, Umar di surga, Utsman di surga, Ali di surga, Thalhah di surga, Az Zubair di surga, Abdurrahman bin ‘Auf di surga, Sa’d di surga, Sa’id di surga, dan Abu Ubaidah ibnul Jarrah di surga.” [HR At Tirmidzi (3747), hadits shahih.]
Dari Abdurrahman bin ‘Auf, dia berkata: Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda: Abu Bakr di surga, Umar di surga, Utsman di surga, Ali di surga, Thalhah di surga, Az Zubair di surga, Abdurrahman bin ‘Auf di surga, Sa’d di surga, Sa’id di surga, dan Abu Ubaidah ibnul Jarrah di surga.” [HR At Tirmidzi (3747), hadits shahih.]
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
Kemudian ikutilah teladan orang-orang setelahku dari shahabatku yaitu Abu Bakar dan Umar. (HR. Tirmidzi, Baihaqi dan Hakim)
Yang dimaksud adalah diikuti perbuatan dan ucapan mereka karena mereka berdua adalah dua sesepuh, pemimpin, syiekh kaum muslimin.
Kemudian ikutilah teladan orang-orang setelahku dari shahabatku yaitu Abu Bakar dan Umar. (HR. Tirmidzi, Baihaqi dan Hakim)
Yang dimaksud adalah diikuti perbuatan dan ucapan mereka karena mereka berdua adalah dua sesepuh, pemimpin, syiekh kaum muslimin.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, ‘Kaum Yahudi
telah terpecah menjadi tujuh puluh satu (71) golongan atau tujuh puluh
dua (72) golongan, dan kaum Nasrani telah terpecah menjadi tujuh puluh
satu (71) atau tujuh puluh dua (72) golongan, dan ummatku akan terpecah
menjadi tujuh puluh tiga (73) golongan. (adapun) yang tujuh puluh dua
akan masuk Neraka dan yang satu golongan akan masuk Surga, yaitu
“al-Jama’ah.” (HR Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad, Al hakim)
Al-Jama'ah, merekalah yang mengikuti Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan Sahabat. Barang siapa yang sama dengan ilmu,dakwah, perilaku dan ibadah para sahabat maka ia akan selamat.
Al-Jama'ah, merekalah yang mengikuti Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan Sahabat. Barang siapa yang sama dengan ilmu,dakwah, perilaku dan ibadah para sahabat maka ia akan selamat.
Dari Abi Nujaih ‘Irbadl bin Sariyyah radliyallaahu ‘anhu,
ia berkata : Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam memberi pelajaran
kepada kami sehingga hati kami takut kepadanya dan mata mencucurkan air
mata. Kami berkata : “Wahai Rasulullah, sepertinya pelajaran ini adalah
pelajaran orang yang akan berpisah ? Oleh karena itu, berilah kami
nasihat”. Beliau bersabda : “Aku wasiatkan hendaklah kalian bertaqwa
kepada Allah, mendengar dan taat kendati kalian diperintah oleh seorang
budak, karena orang-orang yang hidup (sepeninggalku) dari kalian akan
melihat pertentangan yang banyak. Maka, hendaklah kalian berpegang teguh
pada sunnahku dan sunnah para khulafaur-rasyidin yang mendapat petunjuk
sesudahku. Gigit (pegang erat) sunnah tersebut dengan gigi geraham.
Tinggalkanlah hal-hal yang baru, karena setiap bid’ah adalah sesat”
[Diriwayatkan oleh Abu Dawud no. 4607; At-Tirmidzi no. 2676; Ahmad
4/126-127; Ad-Darimi 1/44; Ibnu Majah no. 43,44; Ibnu Abi ‘Ashim dalam
As-Sunnah no. 27; Ath-Thahawi dalam Syarh Musykilil-Atsar 2/69;
Al-Baghawi no. 102; Al-Aajurriy dalam Asy-Syari’ah hal. 46; Al-Baihaqi
6/541; Al-Lalika’i dalam Syarh Ushulil-I’tiqad no. 81; Al-Marwadzi dalam
As-Sunnah no. 69-72; Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah 5/220, 10/115; dan
Al-Hakim 1/95-97. Hadits tersebut berkualitas shahih].
Karena di akhir zaman akan muncul perkaraan yang baru itu, dan itu adalah bid'ah dan bid'ah tempatnya di neraka. Oleh karena para sahabat adalah orang-orang yang memiliki kedudukan tinggi di sisi Allah, sehingga bagaimana dimungkinkan diperbolehkan mencaci, melukai, dan menjelekkan sahabat?
Karena jika demikian, maka sama saja mencaci, melukai dan menjelekkan firman Allah.
Seolah-olah berkata kepada Allah, Ya Allah apa yang Engkau katakan tentang mereka itu tidak benar
Dan seolah-olah berkata kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam "Wahai Rasulullah, apa yang engkau ceritakan tentang mereka itu salah". Naudzubillah
Karena di akhir zaman akan muncul perkaraan yang baru itu, dan itu adalah bid'ah dan bid'ah tempatnya di neraka. Oleh karena para sahabat adalah orang-orang yang memiliki kedudukan tinggi di sisi Allah, sehingga bagaimana dimungkinkan diperbolehkan mencaci, melukai, dan menjelekkan sahabat?
Karena jika demikian, maka sama saja mencaci, melukai dan menjelekkan firman Allah.
Seolah-olah berkata kepada Allah, Ya Allah apa yang Engkau katakan tentang mereka itu tidak benar
Dan seolah-olah berkata kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam "Wahai Rasulullah, apa yang engkau ceritakan tentang mereka itu salah". Naudzubillah
Ini adalah bentuk mendustakan Allah dan Rasul-Nya karena
mengingkari Al-Quran dan Sunnah. Dalam Al-Quran dari Alfatihah sampai
An-Nas apa yg dikatakan tentang sahabat? Tidak ada yg mencela maupun
merendahkan, yg ada adalah memuji mereka.
Sehingga barangsiapa yang mencintai sahabat maka dia telah mengikuti Al-Quran. Maka syiah Rafidhah yang mencaci sahabat telah jauh dari apa yg dituliskan dari Al-Quran.
Sehingga barangsiapa yang mencintai sahabat maka dia telah mengikuti Al-Quran. Maka syiah Rafidhah yang mencaci sahabat telah jauh dari apa yg dituliskan dari Al-Quran.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda:
”Janganlah kalian mencela sahabat-sahabatku. Seandainya salah seorang dari kalian berinfaq emas seperti Gunung Uhud, tidak akan menyamai satu mud (infaq) salah seorang dari mereka dan tidak pula setengahnya.(Bukhari dan Muslim)
Karena para sahabat memiliki apa yg tidak dimiliki oleh lainnya. Apa itu? Yaitu masuk islam lebih dahulu, mereka berada di shaf terdepan dalam Islam. Maka tidak ada seorangpun yang bisa menyalip sahabat apapun yang dia lakukan.
”Janganlah kalian mencela sahabat-sahabatku. Seandainya salah seorang dari kalian berinfaq emas seperti Gunung Uhud, tidak akan menyamai satu mud (infaq) salah seorang dari mereka dan tidak pula setengahnya.(Bukhari dan Muslim)
Karena para sahabat memiliki apa yg tidak dimiliki oleh lainnya. Apa itu? Yaitu masuk islam lebih dahulu, mereka berada di shaf terdepan dalam Islam. Maka tidak ada seorangpun yang bisa menyalip sahabat apapun yang dia lakukan.
Sampai-sampai diumpamakan, seandainya ada salah seorang kamu berinfaq dengan emas sebesar besarnya maka itu tidak menyamai 1 genggam infaq seorang sahabat yang hanya berupa mud. MasyaaAllah.
Dan juga karena mereka adalah tiang islam, tanpa perjuangan
mereka maka tidak akan ada islam. Dan tidak akan pernah islam sampai di
belahan bumi baik di barat maupun di timur.
Doa Rasulullah
"Ya Allah, jika sekelompok sahatku ini kalah maka tidak akan yg menyembah-Mu di dunia ini."
"Ya Allah, jika sekelompok sahatku ini kalah maka tidak akan yg menyembah-Mu di dunia ini."
Dalam riwayat Imam Ahmad dengan sanad yang sesuai dengan
syarat Imam Muslim dari hadits Jâbir, ditegaskan bahwa Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَنْ يَدْخُلَ النَّارَ أَحَدٌ شَهِدَ بَدْرًا
Yang ikut serta dalam Perang Badar tidak akan masuk neraka.
Sekali lagi kita tidak bisa merasakan nikmatnya Islam tanpa
perjuangan dari para sahabat. Mereka lah tiang dan pondasi agama islam,
akan tetapi Sahabat itu tidak maksum. Sahabat bisa saja berbuat dosa,
hanya para Rasul dan Nabi yang tidak berbuat dosa dan diberi label
maksum.
Apakah artinya jika mereka melakukan dosa akan membatalkan kedudukannya di kedudukan yang tinggi?
Tidak, karena mereka telah diridhoi oleh Allah. Karena mereka memiliki kebaikan yang banyak seperti gunung / lautan sementara kesalahan mereka hanya seprti satu titik/satu butir pasir sehingga tidak bisa membatalkan kedudukan mereka yang luhur.
Tidak, karena mereka telah diridhoi oleh Allah. Karena mereka memiliki kebaikan yang banyak seperti gunung / lautan sementara kesalahan mereka hanya seprti satu titik/satu butir pasir sehingga tidak bisa membatalkan kedudukan mereka yang luhur.
Karena timbangan yang menuntunkannya ke surga adalah bukan
maksum ataupum tidak maksum akan tetapi mana yg lebih berat
timbangannya? Amal shaleh/kebaikannya atau keburukannya? Karena surga
adalah untuk orang yang lebih banyak kebaikannya.
Tapi mereka, syiah rahidhah memiliki timbangan yang salah
dengan timbangan Allah. Jika mereka mencela para sahabat, maka
tercelalah Al-Quran yang dibawa para sahabat, tercelalah sunnah dan
ajaran dalam shahih bukhari, shahih muslim, musnad ahmad dan lain-lain.
Mereka itu membungkus kebencian mereka kepada Abu Bakar yang memimpin
penaklukan persia yang disempurnakan oleh Umar bin Khattab sehingga
runtuhlah imperium persia.
Orang-orang yg menempati madinah, mereka antara anshar dan
muhajirin saling mengasihi. Mereka mengutamakan saudaranya dibandingkan
dirinya, inilah sahabat Rasulullah shallallahu 'zlaihi wasallam. Siapa
yg diselamatkan dari sifat kikir maka berungtunglah. Inilah sifat orang
anshar. Dan mereka berilndung dari membenci orang-orang yang telah
beriman.
Alhamdulillah, semoga tulisan diatas bermanfaat. Maaf apabila ada salah kata dan penulisan.
Akhukum Kharisma Ridho
Ditulis dari ringkasan kajian oleh Prof. Dr. Luthfullah bin Mula, Guru Besar Aqidah, Universitas Ummul Qura Makkah
Selasa, 21 Muharram 1437H di Masjid Jami' Al-Umm, Malang
Selasa, 21 Muharram 1437H di Masjid Jami' Al-Umm, Malang