Jagalah Pintu Surga di Rumahmu
Banyak orang yang ingin masuk surga dengan mencari jalan jauh-jauh, sementara pintu surga yang dekat dari dirinya tidak diketuk sedikitpun, sungguh amat disayangkan.Pintu surga dalam islam
Dalam hadits yang shahih, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjelaskan pintu surga ada 8. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
Barangsiapa yang bersaksi tiada yg disembah selain Allah dan bersaksi bahwa Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam adalah rasul dan hamba Allah, dan barangsiapa yang bersaksi bahwa Isa 'alahi salam adalah hamba Allah dan putra dari hamba Allah juga, dan dia bersaksi bahwa surga itu benar adanya, dan bersaksi juga bahwasanya neraka benar adanya, barangsiapa yg melakukan 4 hal ini, maka Allah akan memasukannya ke salah satu dari 8 pintu surga yg dikehendaki oleh Allah azza wa jalla (HR bukhari dan Muslim)
8 pintu surga itu ada namanya, akan tetapi dari ke delapan pintu teresebut ada yg disebutkan secara gamblang dan ada yang tidak, berupa penafsiran para ulama. Ada 4 pintu yang disebutkan secara gamblang, yaitu pintu shalat, pintu jihad, pintu sedekah dan pintu rayyan (untuk yang rajin puasa).
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda
Barangsiapa yang rajin shalat akan dipanggil dari pintu shalat, dan barangsiapa yang rajin jihad akan dipanggil dari pintu jihad, dan barangsiapa yang rajin jihad akan dipanggil dari pintu sedekah, dan barangsiapa yang rajin puasa akan dipanggil dari pintu rayyan. (HR bukhari dan Muslim).
Rayyan itu kebalikannya haus, yang artinya tidak haus. Allah ingin membalas orang yang rajin puasa dengan rayyan karena sewaktu di dunia dia telah berkorban menjadi haus saat puasa sehingga diganjar di surga dengan rasa ketidak hausan. Karena di surga tidak ada puasa, sehingga diganjar dengan rayyan.
Fokus, dari tulisan ini mengenai surga yang ada di rumah adalah ternyata di dalam rumah kita ada pintu surga yang apabila kita senantiasa jaga dan pelihara akan mengantarkan kita ke surga. Dan subhanallah, pintu yang ada di rumah yang bisa mengantarkan kita ke surga sering kita abaikan, sungguh ironi bukan.
Ada orang yang jauh-jauh mencari jalan ke surga padahal di rumahnya sendiri ada, apakah pintu itu?
Sebelum menjawab, simak kisah seorang ulama yang bernama Iyas bin Mu'awiyah.
Pada suatu hari Iyas bin Mu'awiyah kehilangan ibunya lantaran meninggal dunia. Dan wajar sebagai seorang manusia yang kehilangan orang tua, beliau bersedih. Akan tetapi tangisan beliau menurut orang-orang dinilai kurang wajar, terlalu lama. Akhirnya ditanya seorang temannya, "Apa yang membuatmu menangis begitu lama?"
"Kemarin saya masih punya dua pintu surga di rumahmu, sekarang satu pintu sudah ditutup"..
Maksud dari pintu surga di rumah adalah "BERBAKTI PADA ORANG TUA"
Inilah yang jarang kita sadari dan lalaikan.
Dan diantara kita tidak sedikit yang masih memiliki dua pintu surga di rumah dan diantaranya juga yang pintu surga rumahnya tinggal satu dan bahkan ada juga yang pimtu surga rumahnya sudah tiada.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda
Orang tua adalah pintu surga yang paling tengah, kalau kamu sia-siakan pintu itu atau jagalah pintu itu (Hr Tirmidzi)
Tinggal diri kita, apakah kita termasuk orang yang menyia-nyiakan pintu surga ini, apakah yg menjaga dengan baik sehingga akan menjadi jalan kita ke surga.
Semua orang ingin ikut surga bukan?
Banyak orang yang ingin masuk surga dengan mencari jalan jauh-jauh, sementara pintu surga yang dekat dari dirinya tidak diketuk sedikitpun, sungguh amat disayangkan.
Banyak kaum muslimin yang apabila disuruh orang tua untuk melakukan sesuatu maka dia merasa berat untuk melakukannya.
Misalnya : "Le, tulung gawakne belanjane Ibu", "Nak, tolong antarkan ibu belanja ke pasar". Hal ini terasa beratkah saudaraku? Terutama untuk yang masih muda-muda.
Kalau misalnya ia sadar bahwa dengan melakukan apa yang diminta orang tua akan mengantarkannya ke surga, maka bukankah suatu tawaran yang menggiurkan.
Misalnya, cucikan baju orang tua, cucikan piring-piring dirumah, ini akan menyenangkan orang tua dan yakini bahwa hal tersebut akan mengantarkanmu ke surga maka InsyaaAllah dirimu akan dengan ringan hati mengerjakannya.
Kata Imam Muhammad ibnu Munkadzir bercerita
Semalam suntuk saya memijat ibunda saya, sementara saudara saya yang bernama umar bin Munkadzir shalat malam semalam suntuk. Saya tidak pernah minder dengan amalan saya terhadap umar.
Inilah pemahaman fiqh para ulama, bahwa shalat malam dan berbakti pada orang tua sama-sama akan mengantarkan kita ke surga. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah ditanya tentang amalan apa yang paling banyak memasukkan seorang hamba ke surga. Maka dijawab oleh beliau "Taqwa kepada Allah dan akhlak yang mulia."
Dari umar mengambil "Taqwa kepada Allah" sementara Imam Muhammad mengambil "akhlak yang mulia". Hadits tersebut adalah riwayat At-Tirmidzi
Banyak di Al-Quran yang menyebutkan agar kita berbakti kepada orang tua. Salah satunya Al-Isra :23-24 :
"ALLAH mewajibkan atas kalian agar beribadah kepada Allah dan hendaklah kalian berbuat baik kepada orang tua. Seandainya salah satu atau kedua orang tua sudah lanjut usia dan berada di pengawasanmu maka janganlah kalian mengucapkan "Ah.." dan jangan membentak mereka. Dan berbicalah kepada mereka berdua dengan kata-kata yang sopan."
"Rendahkanlah diri kalian dihadapan orang tua kalian karena kasih sayang kalian. Dan ucapkanlah "Ya Allah, sayangilah orang tuaku sebagaimana keduanya mendidik aku ketika aku masih kecil"
Ayat ini berisikan dua hak yang sangat besar. Yang pertama hak Allah, kita wajib beribadah kepada Allah, bertauhid atas Allah. Ini adalah hak asasi Allah. Yang kedua, berbuat baik kepada orang tuamu, ini adalah hal yang besar. Dalam ayat ini, menggunakan kata ihsan yang berarti segala perbuatan, perkataan dan perilaku baik bersifat fisik maupun finansial. Berikut kisah seorang ulama lagi, Muhammad Ibn Sirri. Pada zaman beliau, kurma sangat mahal hingga mencapai 1000 dirham (konversi sekitar 50 juta). Ketika itu ibu beliau berkata "Nak, Ibu ingin kurma". Langsung dibelikan sama beliau. Bayangkan, 50 juta dikeluarkan untuk ibunya. Teman-temanya bertanya "kenapa kamu membeli kurma yang sangat mahal? Nunggu nanti-nanti waktu harga turun kan bisa.?"
"Apapun yang diminta orang tua, kalau saya mampu akan saya penuhi."
Lihatlah zaman sekarang ini, banyak anak yang keterlaluan luar biasa. Ceritanya ada orang tua yang pinjam uang anaknya, dan sia anak tersebut menagih utang ke orang tuanya sampai sakit-sakitan. Laaillaaha illallaah..
Sungguh buruk sekali, ada orang tua yang kepikiran sampai sakit karena ditagih oleh anaknya. Naudzubillah.
Coba tengok hadits berikut.
Pada suatu hari ada seorang datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang melaporkan bapaknya, berkata "Wahai Rasul, bapakku ini sudah buat aku bangkrut, sudah menghabiskan hartaku" Rasulullah berkata "Ketauhilah bahwa kamu dan hartamu adalah milik hartamu".(HR Ahmad, Hasan).
Perhatikan, ga cuma harta kita tapi tubuh kita juga milik orang tua. Sungguh keterlaluan apabila seorang anak "itung-itungan" dengan orang tuanya. Selama kita mampu maka penuhilah kebutuhan orang tua, maka Allah akan membalasnya dengan ganjaran yang luar biasa.
Dalam ayat tersebut disebutkan orang tua yang sudah lanjut usia karena untuk menjelaskan ketika orang tua sudah lanjut usia lebih besar kebutuhannya terhadap anaknya karena mereka sudah lemah. Tangan yang sudah keriput itulah yang telah menuntun kita untuk belajar berjalan, mengganti pakaian kita, menyuap kita makan, bekerja untuk memenuhi kebutuhan, tapi sekarang tangan yang sudah keriput itu membutuhkan bantuan kita untuk dituntun jalannya, untuk kita bantu menjalani sisa hidupnya.
Ada kisah lagi, ada banyak kisah karena kisah inilah yang dapat memotivasi kita agar lebih berbakti pada orang tua. Ada seorang laki-laki mendatang Ubaidillah bin Umair..
"Wahai Ubaidillah, sesungguhnya aku telah menggendong ibuku dari Khurasan sampai selesai haji. Apakah dengan yang aku lakukan menurut kamu sudah menbalas jasa orang tuaku atas diriku?"
"Tidak, kamu belum bisa membalas walaupun hanya sekedar membalas kontraksi uterus satu kali".
Lihatlah satu kali koktraksi aja belum bisa terbalas, padahal ada berapa kali kontraksi? Bukankah melahirkan lebih berar dari kontraksi? Subhanallah
Mengenai perkataan "ah".
Para ulama mengatakan seandainya ada perkataan kedurhakaan dibawah "ah" maka Allah akan memasukkan kata tersebut. Sehingga apabila ada yang berkata lebih kasar maka itu adalah kedurhakaan.
Dengarlah, meskipun orang tua kita senantiasa sentimen dan menyalahkan kita maka bersabarlah. Bukankah kita waktu kecil juga menjengkelkan orang tua kita?
Yang dibutuhkan mereka adalah belaian kasih sayang kita terhadap orang tua kita.
Dan berbicaralah dengan bahasa yang santun.
Usahakan ketika berbicara dengan orang tua kita dengan bahasa sopan, gunakan bahasa yang santun yang dapat membuat hati mereka adem. Terkadang mereka hanya ingin didengarkan maka jangan lah mengeluh apabila mereka menceritakan masa masa dahulu dan diulang-ulang.
Mereka senang apabila kita meluangkan waktu untuk berbicara dengan mereka. Coba lihat sekarang, seberapa kali kita berbicara pada orang tua kita? Oke, buat yang merantau, seberapa sering kalian telpom orang tua kita?
Wakktu berbicara pada orang tua, seberapa sering kalian menyembi sambil main gadget? Subhanallah, dia orang tua kalian adalah yang sosok manusia yang harus kalian hormati. Dan yang lebih parah lagi, ada yang malu dengan status sosial orang tua kita.
Tentang arti, rendahkanlah diri kalian dihadapan orang tua kalian.
Maka posisikan diri kita lebih rendah dari orang tua, ketika bertemu dengan orang tua maka kita sebagai dokter, spesialis apapun, doktor, profesor, jenderal, rektor, JABATAN apapun maka tanggalkan jabatan itu dan temui orang tua dengan jabatan ANAK.
Ada seorang ulama, yang kurang sehat.
Pada suatu hari saat sedang memberikan kajian ilmu kepada muridnya, ibunya berteriak dari jendela "wahai Anakku, wahai anakku", maka beliau berkata "Aku penuhi panggilanku wahai ibunda". Maka dia langsung menutup majelis ilmunya dan bersegera mendatangi ibunya. "Ada apa wahai ibundaku?". Ibunya berkata "Itu ayam-ayamu engkau beri makan".
Bayangkan seorang ustadz, seorang syeikh dipanggil ibunya hanya untuk memberi makan ayam sampai-sampai menunda majelis ilmunya. MasyaaAllah.
Kemudia setelah memberi ayam dia kembali ke majelisnya, dan bertanya pada murid-muridnya, "Kalian tau kenapa aku menutup majelis tadi?" Maka dia jawab "saya memenuhi perintah orang tua hukumnya adalah fardhu 'ain sementara saya mengajari kalian ilmu hukumnya adalah fardhu kifayah."
Dari kisah ini maka inti pelajarannya adalah kita harus merendahkan diri di hadapan orang tua, setinggi dan semulia apapun jabatan dan sebanyak apapun harta kita.
Ketika kita duduk dihadapan bos, ketua, dan atasan kita maka kita berperilaku sangat sopan. Bagaimana dengan orang tua?
Coba bandingkan apa yang sudah diberikan orang tua kita dan bos kita.
Jika bukan karena kekuasaan Allah dan sebab perantara orang tua kita, makamkita tidak mungkin hidup di dunia ini. Jadi sudah jelaskan siapa yang memiliki jasa lebih besar terhadap kita? Maka perbaikilah sifat terhadap orang tua kita.
Akan tetapi diingatkan lagi tentang niat kita, lakukanlah itu karena ikhlas karena Allah sehingga kita berkasihsayang kepada mereka, bukan karena ada maunya. Karena akan beda efeknya, dan ganjaran dari Allah juga tergantung dari apa yang kita niatkan. Dan yang terakhir adalah doakanlah mereka, "Ya Allah, sayangilah mereka sebagaimana mereka sayang kepadaku sewaktu kecil". Doa menjadi hal yang pentingn karena doa adalah inti dari setiap ibadah. Doakanlah kebaikan untuk orang tua kita, mohonkanlah ampunan darimAllah terhadap mereka.
Perhatikan, hadits dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu :
Pada suatu hari ada seseorang yang datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam untuk bertanya "Siapakah manusia yang paling berhak untuk saya sikapi dengan sikap yang baik?.. Rasul menjawab "Ibumu". Dia berkata "Lalu siapa lagi?" Rasul menjawab "ibumu", dia berkata lagi "Lalu siapa lagi", Rasul menjawab lagi "Ibumu". Dia berkata lagi "kemudian siapa lagi?", Rasul menjawab "Ayahmu". (HR Bukhari dan Muslim)
Zainal Abidin adalah seseorang yang sangat berbakti kepada ibunya. Saking berbaktinya, ada orang-orang berkata kepadanya, “Sungguh, kamu adalah orang yang sangat berbakti kepada ibumu. Tetapi, kami tidak pernah melihat kamu makan bersama ibumu dalam satu piring?” Dia menjawab, “Saya khawatir mendahului makan makanan yang hendak dimakan oleh ibu saya. karena menurut saya itu termasuk tindakan durhaka kepadanya.” (Lihat kitab Muhadharat Al-Adiba’ hlm. 327 dan kitab Wafayat Al-A’yan (III/268).
Nabi Muhammad shallallahu 'alaihin wasallam bersabda :
"Celaka, celaka dan celaka !", para sahabat bertanya : siapa orang itu wahai Rasulullah?". Rasul berkata : "Orang yang menjumpai salah satu atau kedua orang tua dalam keadaan lanjut usia kemudian peluang itu tidak bisa memasukan dia ke surga" (HR Muslim)
Lihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyebutkan celaka sampai tiga kal, ini berarti masalah yang serius. Dan beliau tidak menyebutkan celaka ini di akhirat saja sehingga ini adalah kecelakaan di dunia dan akhirat. Karena bisa jadi kegalalan di dunia merupakan akibat kealpaan kita kepada orang tua. Maka bagi yang memiliki orang tua di keadaan lanjut usia, peluk dan minta maaflah kepada mereka dan selanjutnya berbaktilah kepada mereka semampu yang kita bisa. Sebanyak apapun pengorbanan dan sebanyak apapun harta yang kita berikan maka tidak akan bisa menandingi apa yang diberikan orang tua kita kepada kita.
Selain berbakti di dunia, tentunya kita ingin agar kita bisa menularkan hidayah kepada orang tua kita. Kita pasti ingin bersama-sama di dunia iya, bersama-sama di surga juga iya. Semoga Allah merahmati kita semua.
Allah berfirman dalam Surat At-Tur : 21 :
"Dan orang-orang yang berfirman lalu diikuti oleh anak-anaknya, keturunannya juga beriman, Kami akan gabungkan antara dia, anaknya dan juga ibunya."
Jadi kalau ingin bersama-sama di surga, maka kita harus berusaha mendakwahi kuluarga kita. Sukses menurut definisi Allah adalah terhindar dari neraka dan dimasukkan ke surga dan mendapat nikmat-Nya. Maka keluarga sukses adalah sekeluarga masuk surga.
Maka yang dilakukan adalah kita mendakwahi dengan cara yang baik, jangam dengan cara menggurui. Gunakan tekonologi media yang ada sekarang, misalnya ketika bersama keluarga maka nyalakan radio dakwah atau TV dakwah. Selain itu, bantu dengan berperilaku yang baik, maka InsyaaAllah orang tua akan mendukung kalian untuk ngaji bahkan bisa-bisa mereka ingin ikut ke kajian yang kalian ikuti.
Ya Allah, semoga engkau selalu merahmati dan melindungi orang tua hamba
Serta melindungi keluargaku, kakak-kakakku
Akhukum Kharisma Ridho Husodo
Perjalanan Wonogiri - Malang, 26 Muharram 1437H
0 komentar:
Posting Komentar