Sehati Sekata karena Allah
Sungguh sepasang kekasih itu benar-benar memiliki ikatan spesial
Itulah
ikatan kecintaan paling kuat yaitu karena Allah,
Cinta karena
Allah dan benci karena Allah
“Sehati
Sekata” mungkin disalahgunakan oleh kebanyakan anak muda untuk bermesraan
dengan pasangannya yang tidak HALAL baginya. Sungguh, ketahuilah bahwa sesuatu
apabila ditempatkan pada tempat yang haram akan menjadi suatu dosa. Akan tetapi
apabila suatu hal ditempatkan kepada sesuatu yang halal yang diperintahkan oleh
Allah dan Rasul-Nya maka akan menjadi pahala.
Ini
merupakan “sehati sekata” yang tidak ada baiknya sama sekali dan merupakan
kebohongan yang hanya akan semakin menjerumuskan mereka (pasangan yang tidak
halal) kepada maksiat yang berlarut-larut. Naudzubillahi min dzalik
Tahukah
bahwa ada kisah yang benar-benar “sehati sekata”,
Kisah dua
insan yang benar-benar cinta karena Allah, dan benar ini merupakan kisah yang
sungguh menabjubkan.
Ini
merupakan kisah yang diambil setelah terjadi perjanjian hudaibiyah dimana hasil
dari perjanjian ini memberatkan kaum muslimin. Akhirnya beberapa sahabat kecewa
karena batal menunaikan umrah (karena isi perjanjian tersebut melarang untuk
umrah) lalu protes kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, yaitu Umar
bin Khattab radhiallahu anhu.
Umar radhiallahu
anhu bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam : “Bukankah engkau
benar-benar Nabi Allah?”
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab : “Iya”
Umar radhiallahu
anhu berkata : “Bukankah kita di atas kebenaran sedangkan musuh kita di atas
kebatilan?”
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab : “Ya”
Umar radhiallahu
anhu bertanya lagi : “Kalau begitu mengapa kita menghinakan diri dalam agama
kami?”
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab : “Sesungguhnya aku adalah utusan Allah
dan aku tidak akan bermaksiat kepada-Nya dan Dialah yang akan menolongku”
Umar radhiallahu
anhu bertanya lagi : “Bukankah engkau berkata bahwa kita akan datang ke
Baitullah dan melakukan thawaf di sekelilingnya?”
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab “Ya, tapi apakah aku mengabarkan kepadamu
bahwa kita akan datang ke Baitullah tahun ini?”
Umar radhiallahu
anhu menjawab : “Tidak”
Lalu Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “sesungguhnya engkau akan datang dan
melakukan thawaf di sekelilingnya”
Umar radhiallahu
anhu pun pergi mencari Abu Bakar radhiallahu anhu. Umar radhiallahu anhu bertemu
dengan Abu Bakar Ash-Shidiq radhiallahu anhu dan bertanya kepadanya, “Wahai Abu
Bakar, bukankah beliau itu benar-benar Rasulullah?”
Abu bakar radhiallahu
anhu menjawab : “Ya”
Umar radhiallahu
anhu berkata : “Bukankah kita di atas kebenaran sedangkan musuh kita di atas
kebatilan?”
Abu Bakar radhiallahu
anhu menjawab : “Ya, Benar”
Umar radhiallahu
anhu bertanya lagi : “Kalau begitu mengapa kita menghinakan diri dalam agama
kami?”
Abu Bakar radhiallahu
anhu menjawab : “Sesungguhnya beliau adalah utusan Allah dan beliau tidak akan
bermaksiat kepada-Nya dan Dialah yang akan menolongnya. Berpegangteguhlah
kepadanya dan jangan menyalahinya. Sesungguhnya beliau dalam kebenaran”
Umar radhiallahu
anhu bertanya lagi : “Bukankah beliau berkata bahwa kita akan datang ke
Baitullah dan melakukan thawaf di sekelilingnya?”
Abu Bakar radhiallahu
anhu menjawab “Ya, tapi apakah beliau mengabarkan kepadamu bahwa kita akan
datang ke Baitullah tahun ini?”
Umar radhiallahu
anhu menjawab : “Tidak”
Lalu Abu
Bakar radhiallahu anhu berkata: “sesungguhnya engkau akan datang dan melakukan
thawaf di sekelilingnya”
(HR Shahih
Bukhari, Kitab Asy-Syuruth)
MasyaaAllah,
bisa kita lihat benar-benar suatu kisah yang “sehati sekata”. Kita lihat
bagaimana Umar radhiallahu anhu bertanya kepada Rasululllah shallallahu ‘alaihi
wasallam dan kepada Abu Bakar radhiallahu anhu lalu dijawab oleh Abu Bakar radhiallahu
anhu dengan jawaban yang sama persis, “Sehati sekata” dengan jawaban
kekasihnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Padahal Abu Bakar radhiallahu
anhu tidak mendengarkan dan jauh dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
ketika Umar radhiallahu anhu bertanya.
Faidah yang
dapat kita petik dari kisah diatas adalah kita tahu bagaimana kekuatan cinta
karena Allah membuat sahabat Abu bakar ash-shidiq mempunyai keutamaan. Hal ini
menunjukkan bahwa Abu Bakar radhiallahu anhu sangat cinta kepada Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam, CINTA SEJATI dan CINTA SEHATI.
Ketika para
sahabat lain merasa kecewa dan protes akan hasil perjanjian hudaibiyah, tapi
Abu Bakar radhiallahu anhu langsung patuh tanpa protes ataupun ragu dan
pendapatnya sesuati dengan pendapat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Saking patuh
dan cintanya, sampai-sampai jawaban Abu Bakar radhiallahu anhu persis dengan
jawabam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tanpa ada kesepakatan atau
isyarat apapun. MasyaaAllah
Semoga tulisan
ini bermanfaat.
Dan semoga
kita bisa berkumpul dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan Abu
Bakar serta Umar radhiallahu anhuma. Aamiin
Akhukum,
Kharisma Ridho.
Pustaka :
1. Shahih
Bukhari, Kitab Asy-Syuruth
2. Anuz,
Fariq Gasim. 2015. Abu bakar Ash-shidiq : Kepemimpinan dan Kelembutan Pembela
Nabi. Solo : Daun Publishing
0 komentar:
Posting Komentar