Al Wala' wal Bara'
Akhi, bukankah kita saudara? Bukankah sesama muslim kita saudara?
Akan tetapi kenapa engkau membenciku? Dan kenapa engkau malah lebih mempercayai orang musyrik itu?
Sahabat seiman, mungkin pernah dengar adanya perpecahan antara muslim karena berbeda golongan. Subhanallah, ingattlah akhi ukhti, Salah satu dari prinsip aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah, yaitu mencintai dan memberikan wala' (loyalitas) kepada kaum Mukminin, membenci kaum musyrikin dan orang-orang kafir serta berpaling (bara') dari mereka.Itulah prinsip yang disebut Al-wala' wal bara'
[Definisi Aqidah Al-Wala' wal Bara']
Aqidah al-wala' wal-bara' dapat didefinisikan sebagai
penyesuaian diri seorang hamba terhadap apa yang dicintai dan diridhai Allah
serta apa yang dibenci dan dimurkai Allah, dalam hal perkataan, perbuatan,
kepercayaan, dan orang. Dari sini kemudian kaitan-kaitan al-wala' wal bara'
dibagi menjadi empat:
1. Perkataan
Do’a dan dzikir yang sesuai dengan Sunnah adalah dicintai
Allah, sedangkan mencela dan memaki dibenci Allah Azza wa Jalla.
2. Perbuatan
Shalat, puasa, zakat, sedekah dan berbuat kebajikan,
mengerjakan Sunnah-Sunnah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dicintai Allah
sedangkan tidak shalat, tidak puasa, bakhil, riba, zina, minum khamr, dan
berbuat bid’ah dibenci Allah Subhanahu wa Ta'ala.
3. Kepercayaan
Iman dan tauhid dicintai Allah, sedangkan kufur dan syirik
dibenci Allah Subhanahu wa Ta'ala.
4. Orang
Orang yang Muwahhid (mengikhlaskan ibadah semata-mata karena
Allah Subhanahu wa Ta'ala) dicintai Allah sedangkan orang kafir, musyrik, dan
munafiq dibenci Allah Azza wa Jalla.
[Kedudukan Aqidah Al-Wala' wal Bara']
Pertama, Al-Wala' wal bara' merupakan bagian penting dari
makna syahadat. Maka, ungkapan لاَ
إِلَهَ (tiada ilah) dalam
syahadat: لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ
(tiada ilah yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah) berarti melepaskan
diri dari semua sesembahan selain Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
“Sungguh Kami telah mengutus kepada tiap-tiap ummat seorang
Rasul (yang menyerukan): ‘Beribadahlah hanya kepada Allah dan jauhkanlah
thaghut...’” [An-Nahl: 36]
Thaghut adalah semua yang disembah selain Allah Azza wa
Jalla.
Kedua, Al-Wala' wal bara' merupakan bagian dari ikatan iman
yang paling kuat. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
“Ikatan iman yang paling kuat adalah loyalitas yang kuat
karena Allah dan permusuhan karena Allah, mencintai karena Allah dan membenci
karena Allah.” (HR. ath-Thabarani, dinyatakan hasan oleh asy-Syaikh al-Albani dalam as-Silsilah ash-Shahihah)
Ketiga, Al-Wala' wal bara' merupakan faktor utama yang
menyebabkan hati dapat merasakan manisnya iman.
Bahwasanya ada seorang sahabat yang sedang berada di sisi Nabi shāllallahu ‘alaihi wa alihi wasallam, kemudian seseorang lewat di hadapan mereka. Lantas sahabat ini mengatakan: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku benar-benar mencintai orang ini”. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pun berkata kepadanya: “Apakah engkau telah memberitahukan rasa cintamu kepadanya?” Ia berkata: “Belum.” Beliau berkata: “Jika demikian, pergilah dan beritahukan kepadanya”. Maka ia langsung menemui orang itu dan mengatakan “Inni uhibbuka fillah” (sesungguhnya aku mencintaimu karena Allah), lalu orang tersebut menjawab: “Ahabbakalladzi ahbabtani lahu” (Semoga Allah mencintaimu, Dzat yang telah menjadikanmu mencintai aku karena-Nya). (HR Ahmad dan Abu Daud)
Keempat, Pahala yang sangat besar bagi orang yang mencintai
karena Allah,
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
“Ada tujuh golongan manusia yang akan mendapat naungan Allah pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya[Q1]. (1) Pemimpin yang adil, (2) Seorang pemuda yang menyibukkan dirinya dengan ibadah kepada Allah (3)Seorang yang hatinya selalu terikat pada masjid, (4) Dua orang yang saling mencintai kerana Allah,
berkumpul dan berpisah kerana Allah juga, (5) Seorang lelaki yang di
ajak zina oleh wanita yang kaya dan cantik tapi ia menolaknya sambil
berkata ‘Aku takut kepada Allah’, (6) Seseorang yang bersedekah dengan
menyembuyikannya hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang
diinfaqkan oleh tangan kanannya, serta (7) Seorang yang berzikir kepada
Allah di kala sendiri hingga meleleh air matanya basah kerana menangis.”(HR Bukhari)
[Hukum Aqidah Al-Wala' wal Bara']
Hukum al-wala' wal bara' dalam syari’at Islam adalah wajib,
bahkan merupakan salah satu konsekuensi syahadat. Mengenai hukum wajibnya,
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
“Janganlah orang-orang mukmin menjadikan orang-orang kafir
sebagai wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barangsiapa berbuat
demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah kecuali karena (siasat)
memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka...” [Ali ‘Imran: 28]
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadikan
orang-orang Yahudi dan Nashrani sebagai pemimpin-pemimpinmu, sebagian mereka
adalah pemimpin bagi sebagian yang lainnya. Barangsiapa di antara kamu yang
menjadikan mereka sebagai pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk
golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
yang zhalim.” [Al-Maa-idah: 51]
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
“Kamu tidak akan mendapati suatu kaum yang beriman kepada
Allah dan hari Akhir, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang
Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang (yang menentang Allah dan Rasul-Nya)
itu adalah bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara atau pun keluarga
mereka...” [Al-Mujaadilah: 22]
Maka sahabat, sangat jelas sekali bahwa Allah azza wa jalla
menekankan kita untuk mencintai seseorang karena Allah dan membencinya karena
Allah. Cintailah seorang muslim karena agamanya, dan bencilah seorang yang
kafir karena agamanya juga.
[Siapa yang Berhak Mendapatkan Wala’ dan Baro’ ?]
.
Orang yang mendapat wala’ secara mutlak, yaitu
orang-orang mukmin yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, menjalankan
kewajiban dan meninggalkan larangan di atas tauhid.
.
Orang yang mendapat wala’ dari satu segi dan
mendapat baro’ dari satu segi, yaitu muslim yang bermaksiat, menyepelekan
sebagian kewajiban dan melakukan sebagian yang diharamkan.
.
Orang yang mendapat baro’ secara mutlak, yaitu
orang musyrik dan kafir serta muslim yang murtad, melakukan kesyirikan,
meninggalkan shalat wajib dan pembatal keislaman lain.
[Tanda Al Wala' wal Bara']
1. Sebagian Tanda Al Wala’
a. Hijrah, yaitu pindah dari lingkungan syirik ke lingkungan
islami, dari lingkungan maksiat ke lingkungan orang-orang yang taat.
b. Wajib mencintai saudara muslim sebagaimana mencintai diri
sendiri dan senang kebaikan ada pada mereka sebagaimana senang kebaikan ada
pada diri sendiri serta tidak dengki dan angkuh terhadap mereka.
c. Wajib memprioritaskan bergaul dengan kaum muslimin.
d. Menunaikan hak mereka: menjenguk yang sakit, mengiring
jenazah, tidak curang dalam muamalah, tidak mengambil harta dengan cara yang
bathil, dsb.
e. Bergabung dengan jama’ah mereka dan senang berkumpul
bersama mereka.
f. Lemah lembut dan
berbuat baik terhadap kaum muslimin, mendoakan dan memintakan ampun kepada
Allah bagi mereka.
2. Di Antara Tanda Al Baro’
a. Membenci kesyirikan dan kekufuran serta orang yang
melakukannya, walau dengan menyembunyikan kebencian tersebut.
b. Tidak mengangkat orang-orang kafir sebagai pemimpin dan
orang kepercayaan untuk menjaga rahasia dan bertanggungjawab terhadap pekerjaan
yang penting.
c. Tidak memberikan kasih sayang kepada orang kafir, tidak
bergaul dan bersahabat dengan mereka.
d. Tidak meniru mereka dalam hal yang merupakan ciri dan
kebiasaan mereka baik yang berkaitan dengan keduniaan (misalnya cara
berpakaian, cara makan) maupun agama (misalnya merayakan hari raya mereka).
e. Tidak boleh menolong, memuji dan mendukung mereka dalam
menyempitkan umat Islam.
f. Tidak memintakan ampunan kepada Allah bagi mereka dan
tidak bersikap lunak terhadap mereka.
g. Tidak berhukum kepada mereka atau ridha dengan hukum
mereka sementara mereka meninggalkan hukum Allah dan Rasul-Nya.
Saudaraku seiman, semoga dengan mengetahui ilmu ini kita
menjadi lebih bisa mencintai sesama muslim meskipun berbeda kelompok dengan
kita, asalkan dia beraqidah yang baik yaitu Ahlus sunnah wal jama'ah. Apabila
saudara seiman kita adalah pelakuka perbuatan tercela maka bencilah
perbuatannya bukan dia sebagai seorang muslim. Dan janganlah menjadikan orang
kafir dan atau musyrik menjadi teman karib kita, karena kita harus mengingat
bahwa dia adalah orang yang mengingkari Allah azza wa jalla dan ajaran
Rasulullah.
Semoga engkau diberikan kemudahan dan keistiqamahan dalam
memahami ilmu, akhi ukhti.
Wallahu a'lam bis showab
Akhukum Kharisma Ridho Husodo
Sumber :
Al-Quran Karim
Shahih Bukhari dan Muslim
muslimah.or.id
almanhaj.or.id
0 komentar:
Posting Komentar