Sendiri Lebih Baik
Mungkin dirimu pernah merasa bosan dalam status singleSyahwat yang terpendam begitu lama sangat memaksa diri untuk segera mencari kekasih di luar kaidah.
Menikmati sesuatu yang masih haram yang seharusnya bisa dinikmati dengan halal
Untuk merebut hatinya, engkau rela melancarkan serangan rayuan syaithan untuk membuat hatinya luluh. Engkau lontarkan janji janji manis bahwa kelak engkau akan ada selalu untuknya dan janji juga bahwa dirimu akan menghalalkannya suatu hari nanti.
Sedang rencanamu, entah itu benar dari niatmu atau hanya sebagai pemulus rencana jahatmu, tidak ada yang menjamim bahwa itu akan terjadi. Ketika dirimu dan atau dirinya sudah merasa "tidak nyaman" maka dirimu meninggalkan hubungan panas itu.
Bersyukurlah apabila dirimu meninggalkan karena takut kepada Allah, akan tetapi bila hanya untuk melanjutkan berkelana bak serigala yang mencari korban lain, maka dirimu tidak pantas disebut LELAKI.
Lihatlah dampak dari perbuatanmu padanya, engkau membuatnya sedih serta membuatnya berbuat dosa bahkan ketika dirimu mengambil kehormatannya maka seakan-akam kiamat terjadi baginya dan keluarganya. Bagaimana dirimu bertanggung jawab atas ini? Kehormatannya tak bisa dikembalikan, dan bayangkan apabila hal serupa terjadi pada anakmu, saudara perempuanmu, ibumu bahkan istrimu kelak. Sesungguhnya perbuatan ini adalah hutang dan setiap hutang harus dibalas. Naudzubillah.
Suatu hari ada seorang pemuda yang mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, izinkan aku berzina!”
Orang-orang pun bergegas mendatanginya dan menghardiknya, “Diam kamu! Diam!”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Mendekatlah.”
Pemuda itu pun mendekat lalu duduk.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Relakah engkau jika ibumu dizinai orang lain?”
“Tidak, demi Allah, wahai Rasul!” sahut pemuda itu.
“Begitu pula orang lain, tidak rela kalau ibu mereka dizinai.”
Lanjut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Relakah engkau jika putrimu dizinai orang?”
“Tidak, demi Allah, wahai Rasul!” pemuda itu kembali menjawab.
“Begitu pula orang lain, tidak rela jika putri mereka dizinai.”
“Relakah engkau jika saudari kandungmu dizinai?”
“Tidak, demi Allah, wahai Rasul!”
“Begitu pula orang lain, tidak rela jika saudara perempuan mereka dizinai.”
“Relakah engkau jika bibi – dari jalur bapakmu – dizinai?”
“Tidak, demi Allah, wahai Rasul!”
“Begitu pula orang lain, tidak rela jika bibi mereka dizinai.”
“Relakah engkau jika bibi – dari jalur ibumu – dizinai?”
“Tidak, demi Allah, wahai Rasul!”
“Begitu pula orang lain, tidak rela jika bibi mereka dizinai.”
Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meletakkan tangannya di dada pemuda tersebut sembari berkata, “Ya Allah, ampunilah kekhilafannya, sucikanlah hatinya, dan jagalah kemaluannya.”
Setelah kejadian tersebut, pemuda itu tidak pernah lagi tertarik untuk berbuat zina.
(hadits riwayat Ahmad)
Allah ta'ala berfirman
“Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk.” (QS Al-Isra' : 32)
Maka ingatlah peringatan Allah dan Rasul-Nya. Takutlah akan kemurkaan Allah yang dirimu tidak bisa lari darinya. Dan sendiri itu lebih baik daripada menjalin hubungan dalam ikatan iblis yang tidak diridhoi Allah.
Sendirimu, adalah usaha memantaskan diri sampai Allah mempertemukan dengan seorang yang sudah dituliskan namanya untukmu di lauhul mahfudz.
Wallahu a'lam bish showab
Akhukum Kharisma Ridho Husodo
Jum'at, 12 Ramadhan 1437H
0 komentar:
Posting Komentar