Selasa, 07 Juni 2016

Puasa itu Bukan Mengganti Waktu Makan



Terkadang kita salah memaknai arti puasa yang sebenanya
Orang awam hanya melihat bahwa puasa hanyalah menahan makan dan minum saja
Akan tetapi pada saat berbuka makannya sangat banyak dan bertambah-tambah
Bahkan ketika mengadakan acara buka bersama, tidak sedikit yang meninggalkan shalat maghrib dan bahkan shalat isya dan tarawih. Naudzubillah
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
“Puasa bukanlah hanya menahan makan dan minum saja. Akan tetapi, puasa adalah dengan menahan diri dari perkataan lagwu (sia-sia) dan rofats (mengandung syahwat). Apabila ada seseorang yang mencelamu atau berbuat usil padamu, katakanlah padanya, “Aku sedang puasa, aku sedang puasa”.” (HR. Ibnu Majah dan Hakim)

Ingatlah, bahwa puasa tidak hanya perut saja. Akan tetapi semua anggota badanmu juga harus dipuasakan. Mulut puasa dari perkataan tak berguna dan mata berpuasa dari melihat hal yang berdosa. Serta tangan dan kaki berpuasa dari melakukan dosa dan maksiat baik berat atau ringan.

Imam Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin menerangkan tingkatan dalam berpuasa. Shaumul umum, shaumul khusus, dan shaumul khususil khusus. Ketiganya bagaikan tingkatan tangga yang manarik orang berpuasa agar bisa mencapai tingkatan yang khususil khusus.

Pertama, Puasa orang awam (orang kebanyakan), Puasa orang awam adalah menahan makan dan minum dan menjaga kemaluan dari godaan syahwat.  Tingkatan puasa ini adalah tingkatan yang paling rendah karena dalam puasa ini hanyalah menahan dari makan, minum, dan hubungan suami istri.  Ini adalah golongan yang merugi sebagaimana sabda Rasulullah shallallhu ‘alaihi wasallam : “Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga” (HR At-Thabrani)

Kedua, Puasanya orang khusus adalah selain menahan makan dan minum serta syahwat juga menahan pendengaran, pandangan, ucapan, gerakan tangan dan kaki dari segala macam bentuk dosa. Maka puasa ini sering disebutnya dengan puasa para Shalihin (orang-orang saleh). Menurut Al- Ghazali rahimahullah, seseorang tidak akan mencapai kesempurnaan dalam tinkatan puasa kedua ini kecuali harus melewati beberapa hal sebagai prasayaratnya, yaitu :
-          Menahan pandangan dari segala hal yang dicela dan dimakruhkan ;
-          Menjaga lidah dari perkataan yang sia-sia, berdusta, mengumpat, berkata keji, dan mengharuskan berdiam diri
-          Menggunakan waktu untuk berzikir kepada Allah serta membaca Al-Quran
-          Menjaga pendengaran dari mendengar kata-kata yang tidak baik
-          Mencegah anggota tubuh yang lain dari perbuatan dosa
-          Tidak berlebih-lebihan dalam berbuka, sampai perutnya penuh makanan.
-          Hatinya senantiasa diliputi rasa cemas (khauf) dan harap (raja) karena tidak diketahui apakah puasanya diterima atau tidak oleh Allah.

Ketiga, Puasa khususnya orang yang khusus adalah puasanya hati dari kepentingan jangka pendek dan pikiran-pikiran duniawi serta menahan segala hal yang dapat memalingkan dirinya pada selain Allah azza wa jalla. Puasa ini adalah mencegah memikirkan apa-apa selain Allah. Menurut Al-Ghazali, tingkatan puasa yang ketiga ini adalah tingkatan puasanya para nabi , Shiddiqqiin, dan Muqarrabin.

Jadi jadilah orang puasa yang sejati. Tidak berlebihan dan tidak terlalu ekstrim. Islam ini adalah agama yang indah. Dan engkau tidak akan mendapatkan keindahannya bila menyelisihi apa yang dibawakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Wallahu a’lam bish showab
Akhukum Kharisma Ridho Husodo
Rabu, 3 Ramadhan 1437 @ Masjid Abu Dzar Al-Ghifari, Kompleks Griya Shanta, Malang

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © 2014 Qolbu Booster