Penjagaan Allah terhadap Al-Quran
“PENJAGAAN ALLAH TERHADAP AL-QURAN”
1.
Penjagaan Al-quran oleh
Allah merupakan salah satu keistimewaan Allah. Bagian dari wasilah dari Allah
ini, harus kita tonjolkan.
2.
Dengan teman ini bisa
menambahkan iman, izzah, ilmu dan semangat dalam menghafal dan menghayati
Al-Quran serta mendakwahkan Al-Quran.
3.
Karena dengan penjagaan
Allah, Allah akan memberi petunjuk kepada orang-orang kafir untuk masuk islam.
Allah Subhanahu wa ta’ala
berjanji didalam al-Quran, bahwa Dia akan menjaga al-Quran. firman-Nya:
اِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَاِنَّا
لَهٗ لَحٰفِظُوْنَ
“Sesungguhnya Kamilah yang
menurunkan al-Quran dan sesungguhnya Kami benar – benar memeliharanya.” [QS
Al-Hijr ayat 9]
Imam al-Qurthubi rahimahullah menyebutkan kisah menarik yang berhubungan
dengan pemeliharaan al-Quran didalam kitab Tafsir nya. Berikut kisah nya :
Khalifah Al-Ma’mun (adalah) seorang kepala negara yang memiliki sebuah
majelis diskusi. Kemudian sejumlah orang yang berpakaian bagus, berwajah
tampan, dan bertubuh wangi masuk kedalam majelis tersebut, ia ikut berbicara.
Pembicaraan nya sangat bagus dan gaya bicaranya indah.
Ketika majelis tersebut selesai, Khalifah Al-Ma’mun memanggilnya dan
bertanya kepadanya: “Apakah kamu orang Israil?”
Ia menjawab : “Ya”
Al-Ma’mun kemudian berkata kepadanya : “Masuklah kedalam agama Islam,
agar aku bisa berbuat sesuatu kepadamu.!”
Ia lalu menjanjikan sesuatu kepadanya. Tetapi orang itu menjawab :
“Agamaku adalah agama nenek moyangku.” Ia kemudian pergi
Setelah setahun kemudian, ia datang lagi dalam keadaan telah memeluk
agama Islam. Ia mahir dan sangat pintar dalam masalah fikih, terlihat dari tema
pembicaraan nya.
Ketika majelis telah selesai, Ma’mun memanggilnya dan berkata : “Bukankah
kamu dulu pernah datang?”
Ia menjawab : “Ya, benar”
Khalifah Al-Ma’mun bertanya lagi : “Apa yang menyebabkan mu memeluk agama
Islam?” Ia pun bercerita :
Katanya : “Ketika aku pergi dari hadapan yang mulia, aku bermaksud
menguji kebenaran agama – agama ini. Padahal baginda saat itu memandangku orang
baik. Aku kemudian mencari Taurat dan menulis tiga naskah salinan nya. Aku
menambahkan dan mengurangi isinya. Aku kemudian menawarkan nya ke biara (rumah
ibadah yahudi) dan mereka membeli ketiga naskah tersebut dariku.
Setelah itu aku mengambil Injil dan menulis tiga naskah salinan nya. Aku
menambah dan mengurangi isinya. Lalu aku masuk kedalam gereja (rumah ibadah
nasrani) dan mereka pun membeli ketiga naskah itu dariku.
Aku
kemudian mengambil al-Quran dan membuat tiga naskah salinan nya. Aku menambah
dan mengurangi isinya. Kemudian aku masukkan ke tempat penjual kertas, mereka
(penjual kertas yang muslim itu) membolak balik lembaran nya. Ketika mereka
mendapatkan ada tambahan dan kekurangan padanya, mereka membuangnya dan tidak
mau membelinya. Dari situ aku tahu bahwa al-Qur’an ini terjaga. Dan itulah yang
menyebabkan aku masuk Islam.”[At-Tafsir An-Nabawi li Al-Quran]
MasyaAllah, maha benar Allah dan janji-Nya.
Tema ini merupakan salah satu
penjelasan bahwa Al-Quran ini adalah firman Allah yang termaktub dalam kitab
suci Al-Quran Al-Karim. Sehingga Al-Quran itu dijamin oleh Allah azza wa jalla
bahwa tidak ada kebathilan di dalamnya. Dan Al-Quran ini diturunkan dari sisi
Allah yang disampaikan oleh Jibril kepada Rasulullah Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam. Al-Quran merupakan ucapan / kalam dari Allah ta’ala dengan
suara dan huruf yang indah dan tidak serupa dengan apapun karena tidak ada
sesuatu pun yang mampu menandingi atau menyerupai Allah jalla wa ‘ala.
Sebagaimana firman-Nya :
قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الْإِنْسُ وَالْجِنُّ
عَلَىٰ أَنْ يَأْتُوا بِمِثْلِ هَٰذَا الْقُرْآنِ لَا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ
كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا
Katakanlah, “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul
untuk membuat yang serupa al-Qur’ân ini, niscaya mereka tidak akan dapat
membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi
sebagian yang lain. (QS Al-Isra : 88)
Dewasa ini, kita ketahui banyak
pemikiran-pemikiran menyimpang bermunculan khususnya dalam sikapnya terhadap
kalamullah. Terdapat kelompok yang meyakini bahwa Al-Quran adalah makhluk Allah
dan bukan ucapan Allah. Terdapat juga kelompok yang meyakini bahwa Al-Quran ini
adalah ungkapan dari kalamullah, jadi bukan resmi redaksi dari Allah. Adapun ahlus
sunnah wal jama’ah, aqidahnya adalah meyakini bahwa Al-Quran secara haqiqi
adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam melalui Malaikat Jibril secara terjaga bukan mimpi.
Allah jalla wa ‘ala berfirman :
وَإِنَّهُ لَتَنْزِيلُ رَبِّ الْعَالَمِينَ ْْ نَزَلَ بِهِ الرُّوحُ الْأَمِينُ
ْْ عَلَىٰ قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنَ الْمُنْذِرِينَ ْْ بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُبِينٍ
ْْ وَإِنَّهُ لَفِي زُبُرِ الْأَوَّلِينَ ْْ أَوَلَمْ يَكُنْ لَهُمْ آيَةً أَنْ يَعْلَمَهُ
عُلَمَاءُ بَنِي إِسْرَائِيلَوَإِنَّهُ لَتَنْزِيلُ رَبِّ الْعَالَمِينَ ْْ نَزَلَ
بِهِ الرُّوحُ الْأَمِينُ ْْ عَلَىٰ قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنَ لْمُنْذِرِينَ ْْ بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُبِينٍ
ْْ وَإِنَّهُ لَفِي زُبُرِ الْأَوَّلِينَ ْْأَوَلَمْ يَكُنْ لَهُمْ آيَةً أَنْ يَعْلَمَهُ
عُلَمَاءُ بَنِي إِسْرَائِيلَ
Dan sesungguhnya Al Quran ini
benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruh
Al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di
antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas. Dan
sesungguhnya Al Quran itu benar-benar (tersebut) dalam Kitab-kitab orang yang
dahulu. Dan apakah tidak cukup menjadi bukti bagi mereka, bahwa para ulama Bani
Israil mengetahuinya? (QS Asy-syuara : 192-197)
Dari ayat diatas dapat dipahami
bahwa Al-Quran itu diturunkan bukan diciptakan. Al-Quran itu dibawa turun oleh Ar-Ruhul
Amiin (Malaikat Jibril yang terpercaya) dan diturunkan kepada Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam agar memberi peringatan sebagaimana perintah Allah
dalam firman-Nya :
يَا
أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ, قُمْ فَأَنْذِرْ, وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ, وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ,
وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ وَلا تَمْنُنْ تَسْتَكْثِرُ, وَلِرَبِّكَ فَاصْبِرْ
Hai orang yang berkemul
(berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatan! dan Tuhanmu agungkanlah! dan
pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa tinggalkanlah, dan janganlah kamu
memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi
perintah) Tuhanmu, bersabarlah. (QS Al-Muddatsir : 1-7)
Orang yahudi sebenarnya
mengetahui bahwa Al-Quran itu adalah kalamullah. Akan tetapi karena tabiat
orang yahudi yang hasad terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
sebagai orang arab sehingga orang yahudi tidak menampakkan kebenaran Islam dan
Al-Quran. Itulah sifat orang yahudi yang suka menyelewengkan kebenaran.
Diantara manusia ada yang
menyatakan bahwa Malaikat Jibril telah salah menurunkan Al-Quran kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang mana seharusnya diturunkan ‘Ali
bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu. Ini adalah kepercayaan orang-orang syiah.
Orang seperti ini telah membuat kedustaan yang amat besar terhadap Allah jalla
wa ‘ala. Padahal Allah ta’ala berfirman bahwa benar-benar Allah memilih Nabi
Muhammad shallallahu ‘alahi wasallam sebagai utusan :
مُحَمَّدٌ
رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ
بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلا مِنَ اللَّهِ
وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ
Muhammad itu adalah utusan Allah
dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang
kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku' dan sujud
mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka
mereka dari bekas sujud (QS Al-Fath : 29)
Allah telah menurunkan Al-Quran
kepada hati Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam. Hal ini bukanlah kesalahan
akan tetapi sudah direncanakan oleh Allah azza wa jalla sendiri. Bahkan dalam
kitab terdahulu seperti Taurat dan Injil, ciri-ciri dari Rasulullah shallallahu
‘alahi wasallam diceritakan di dalamnya. Dan Allah juga membantah mereka yang
ragu akan kebenaran Malaikat Jibril dalam firman-Nya :
عَلَّمَهُ شَدِيدُ الْقُوَى (٥) ذُو مِرَّةٍ فَاسْتَوَى (٦) وَهُوَ بِالأفُقِ
الأعْلَى (٧) ثُمَّ دَنَا فَتَدَلَّى (٨) فَكَانَ قَابَ قَوْسَيْنِ أَوْ أَدْنَى
(٩) فَأَوْحَى إِلَى عَبْدِهِ مَا أَوْحَى (١٠) مَا كَذَبَ الْفُؤَادُ مَا رَأَى (١١) أَفَتُمَارُونَهُ عَلَى مَا يَرَى (١٢) وَلَقَدْ
رَآهُ نَزْلَةً أُخْرَى (١٣) عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى (١٤) عِنْدَهَا جَنَّةُ
الْمَأْوَى (١٥) إِذْ يَغْشَى السِّدْرَةَ مَا يَغْشَى (١٦) مَا زَاغَ الْبَصَرُ وَمَا
طَغَى (١٧) لَقَدْ رَأَى مِنْ آيَاتِ رَبِّهِ الْكُبْرَى (١٨)
“yang diajarkan kepadanya oleh
(Jibril) yang sangat kuat. Yang mempunyai akal yang cerdas; dan (Jibril itu)
menampakkan diri dengan rupa yang asli. sedang dia berada di ufuk yang
tinggi. Kemudian dia mendekat, lalu
bertambah dekat lagi. maka jadilah dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung
busur panah atau lebih dekat (lagi). Lalu dia menyampaikan kepada hambaNya
(Muhammad) apa yang telah Allah wahyukan. Hatinya tidak mendustakan apa yang
telah dilihatnya. Maka apakah kaum (musyrik Mekah) hendak membantahnya tentang
apa yang telah dilihatnya? Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu
(dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, Dan sesungguhnya Muhammad telah
melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di
Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada syurga tempat tinggal. (Muhammad melihat
Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya.
Penglihatannya (muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak
(pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda
(kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.”(QS An-Najm : 5-18)
Malaikat Jibril disebukan oleh
Allah ta’ala bahwa dia sangat kuat dan terpercaya. Maka ketika ada orang yang
menuduh bahhwa Al-Quran ini salah diturunkan, maka telah menuduh Malaikat
Jibril berkhianat dan secara tidak langusng telah melontarkan celaan yang
sangat besar terhadap Alah jalla wa ‘ala.
Bahkan, keterpercaya Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam tidak diragukan. Dalam surah di atas, Allah ta’ala
mengabarkan bahwa beliau melihat dan menemui malaikat Jibril secara langsung,
bukan lewat mimpi. Dan Al-Quran diajarkan kepada beliau secara langsung. Dan
yang paling menarik, maasyarakat arab di sekitar Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam percaya dengan beliau sehingga digelari dengan gelar “Al-Amiin”.
Bahkan ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dakwah terhadap kaumnya
dia berkata ““Wahai sekalian manusia.” Maka orang-orang Quraisy pun berkumpul.
Kemudian beliau bertanya, “Bagaimana, sekiranya aku mengabarkan kepada kalian,
bahwa musuh (di balik bukit ini) akan segera menyergap kalian, apakah kalian
akan membenarkanku?” Mereka menjawab, “Ya.” Beliau bersabda lagi, “Sesungguhnya
aku adalah seorang pemberi peringatan bagi kalian. Sesungguhnya di hadapanku
akan ada adzab yang pedih.” Akhirnya Abu Lahab pun berkata, “Apakah hanya
karena itu kamu mengumpulkan kami? Sungguh kecelakanlah bagimu.” (HR Bukhari
& Muslim).
Dalam hadits tersebut menunjukkan
bahwa orang-orang musyrik tidak mendustakan pribadi Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam akan tetapi mendustakan risalah yang dibawa Allah yaitu
ayat-ayat Allah ta’ala.
Al-Quran ini adalah kitabullah
yang dijaga oleh Allah azza wa jalla, mulai dari sifat malaikat Jibril dan
sifat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Al-Quran bukanlah hasil karangan
Rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallam atau narasi, akan tetapi beliau hanya
bertugas untuk menyampaikan, sebagai mubaligh. Hal ini terbantahkan karena
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah Nabi yang Ummi, tidak bisa baca
dan tulis. Sifat ini sudah termaktub dalam kitab-kitab sebelumnya yaitu Taurat
dan Injil. Demikianlah ditetapkan untuk menjaga Al-Quran, serta Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam sebelumnya belum mengenal mengenai apa itu kitab dan
apa itu iman. Jadi, tugas beliau tidak
lain adalah untuk menyampaikan. Allâh Azza wa Jalla berfirman:
يَا
أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ ۖ وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ
فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ
Hai Rasul, sampaikanlah apa yang
diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang
diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya.
[al-Mâidah/5:67]
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam adalah seorang yang amanah, tidak ada sesuatupun yang disembunyikan
dari umatnya, semua risalah terjaga dan telah beliau sampaikan. Jikalau
Rasulullah menyembunyikan risalah atau wahyu tentunya yang akan disembunyikan
adalah ayat-ayat yang mengkritik beliau seperti dalam surah ‘Abasa. Karena
dalam surah tersebut berisi tentang teguran Allah terhadap beliau.
Selain itu bukti lain bahwa
Al-Quran ini adalah murni kalamullah tidak diubah atau dimodifikasi oleh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah adanya redaksi “قل”
(Katakan). Hal ini sebagai bukti bahwa ini kalamullah yang diajarkan kepada
beliau dan tugas beliau adalah sebagi mubaligh. Tentu jika ini dimodififkasi
oleh Rasul, maka tidak seperti ini redaksinya.
Allah ta’ala berfirman :
سَنُقْرِؤُكَ
فَلَا تَنسَى ﴿٦﴾إِلَّا مَا شَاء اللَّهُ إِنَّهُ يَعْلَمُ الْجَهْرَ وَمَا يَخْفَى
﴿٧﴾
Kami akan membacakan (Al Quran)
kepadamu (Muhammad) maka kamu tidak akan lupa. kecuali kalau Allah menghendaki.
Sesungguhnya Dia mengetahui yang terang dan yang tersembunyi. (QS Al-A’la :
6-7)
Ayat tersebut adalah salah satu bukti
penjagaan Allah, bahwa ayat quran yang diturunkan kepada Rasulullah shallalahu
‘alaihi wasallam terjaga dan utuh. Dan tidak akan terhapus / terlupa kecuali
Allah menghendakinya, sehingga tentu Al-Quran ini terjaga oleh Allah. Hal ini
bukan karena kemampuan Rasul akan tetapi karena rahmat kehendak Allah semata,
sebagaiman firmanNya :
لَا
تُحَرِّكْ بِهٖ لِسَانَكَ لِتَعْجَلَ بِهٖ ْْ إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهٗ وَقُرْاٰنَهٗ ْْ فَإِذَا
قَرَأْنٰهُ فَاتَّبِعْ قُرْاٰنَهٗ ْْ ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا بَيَانَهٗ
Jangan engkau (Muhammad) gerakkan
lidahmu (untuk membaca Al Quran) karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya.
Sesungguhnya Kami yang akan mengumpulkannya (di dadamu) dan membacakannya. Apabila Kami
telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu.Kemudian sesungguhnya
Kami yang akan menjelaskannya. (QS
Al-Qiyamah : 16-19)
Allah lah yang menghendaki
hafalan dan penjelasannya di dalam hati Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam. Dan Allah azza wa jalla yang mengumpukan dalam hati beliau.
Allah ta’ala berfirman :
وَمَا
كُنْتَ تَتْلُو مِنْ قَبْلِهِ مِنْ كِتَابٍ وَلَا تَخُطُّهُ بِيَمِينِكَ إِذًا لَارْتَابَ
الْمُبْطِلُونَ
“Dan kamu tidak pernah membaca
sebelumnya (Al Quran) sesuatu Kitabpun dan kamu tidak (pernah) menulis suatu
Kitab dengan tangan kananmu; andaikata (kamu pernah membaca dan menulis),
benar-benar ragulah orang yang mengingkari(mu).” (QS. Al Ankabut: 48)
Allah menegaskan bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam tidak membaca kitab apapun sebelumnya dan tidak
pernah menulis. Tentunya jika beliau melakukan yang diatas maka orang-orang
kafir dan musyrik akan menuduh dengan gamblang bahwa Al-Quran adalah hasil
karya beliau. Naudzubillah.
Oleh karena itu, peristiwa
turunnya wahyu pertama adalah juga salah satu bentuk bukti bahwa Rasuluallah
shallallahu ‘alaihi wasallam adalah ummi. Dan ini merupakan keutamaan umat
beliau, bahwa ayat pertama ini membasmi buta baca tulis pada umatnya karena hal
ini memerintahkan umatnya untuk membaca dan menulis. Ketika Rasul diperintahkan
malaikat JIbril untuk menirukan “Iqra !”, beliau menjawab “Maa ana bi qori’”.
Jibril mengulanginya hingga 3 kali akan tetapi Rasul tetap menjawab dengan
jawaban yang sama. Dan terakhir Jibril mengatakan “Iqra’ bismi rabbikalladzi
khalaq”, pada saat itu lah beliau paham bahwa beliau diminta untuk menirukan.
Penjagaan Allah azza wa jalla
terhadap Al-Quran diwujudkan dalam 4 eksistensi yaitu :
1.
Dalam Lauhul Mahfudzh
Allah berfirman :
بَلْ هُوَ قُرْاٰنٌ مَّجِيدٌ ْْ فِيْ لَوْحٍ
مَّحْفُوْظٍ
Bahkan (yang didustakan mereka itu) ialah Al-Quran
yang mulia, yang (tersimpan) dalam Lauhul Mahfuzh. (QS Al-Buruj 21-22)
Al-Quran yang terjaga di lauhul mahfudz, tidak ada
yang mengetahui kecuali Allah ta’ala. Dan AL-quran sudah adalah disana sejak
zaman azali.
2.
Di Baitu “Izzah
Baitul ‘Izzah adalah lapisan langit yang paling
rendah,yang letaknya sejajar dengan ka’bah. Dan apabila ditelusur ke atas lagi
maka, akan sejajar dengan baitul makmur. Dalam surah Al-Qadr disebutkan
bahwa Al-Quran diturunkan secara utuh
tertulis di baitul ‘Izzah dan yang membacanya adalah para malaikat. Allah ta’la
berfirman :
فِيْ صُحُفٍ مُّكَرَّمَةٍ ْْ
مَرْفُوْعَةٍ مُّطَهَّرَةٍ ْْ بِاَيْدِيْ سَفَرَةٍ ْْ كِرَامٍ بَرَرَةٍ
di dalam kitab-kitab yang dimuliakan. yang ditinggikan
lagi disucikan,di tangan para penulis (Malaikat), yang mulia lagi berbakti. (QS ‘Abasa 13-16)
3.
Terjaga dalam dada para
Hafidzh Quran
بَلْ هُوَ آيَاتٌ بَيِّنَاتٌ فِي صُدُورِ
الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ وَمَا يَجْحَدُ بِآيَاتِنَا إِلَّا الظَّالِمُونَ
“Sebenarnya, Al Qur’an itu adalah ayat-ayat yang jelas
di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu . Dan tidak ada yang mengingkari
ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim.” (Al-‘Ankabut:49)
Dan ini merupakan salah satu keutmaan para penghafal Al-quran
bahwa mereka adalah agen penjaga kalamullah. Bahkan sahabat Rasulul, Ibnu
Mas’ud hafal 70 ayat langsung dari lisan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, masyaaAllah.
4.
Tertulis dalam mushaf
Al-Quran
Di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
Al-Quran masih belum disatukan. Pada zaman itu, Al-Quran tertulis terpisah dan
dalam lebih dari 7 macam jenis huruf. Pada zaman khalifah Abu Bakar ash-Shidiq
radhiallahu ‘anhu, lembaran-lembaran Al-quran tersebut dikumpulkan. Dan pada
zaman khalifah Utsman bin Affan radhiallahu ‘anhu, lembaran-lembaran Al-Quran
disalin dan dijadikan dalam bentuk satu huruf quraisy, yang sekarang disebut
sebagai mushaf utsmani.
Termasuk penjagaan Allah azza wa
jalla terhadap Al-quran adalah Al-Quran diturunkan secara utuh satu waktu lalu
Allah menurunkan secara berangsur-angsur.
Disebutkan dalam firman-Nya :
الٓمّٓ ْْ
اَللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُۗ ْْ نَزَّلَ عَلَيْكَ الْكِتٰبَ
بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَاَنْزَلَ التَّوْرٰةَ وَالْاِنْجِيْلَۙ
ْْ مِنْ قَبْلُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَاَنْزَلَ الْفُرْقَانَۗ اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا
بِاٰيٰتِ اللّٰهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيْدٌۗ وَاللّٰهُ عَزِيْزٌ ذُو انْتِقَامٍۗ
Alif Laam Miim. Allah, ttiada Tuhan selain Dia. Yang
Mahahidup, yang terus menerus mengurus (makhluk-Nya). Dia menurunkan secara
berangsur-angsur Kitab (Al-Quran) kepadamu (Muhammad) yang mengandung
kebenaran, membenarkan (kitab-kitab) sebelumnya, dan menurunkan Taurat dan
Injil. Dari Sebelumnya, sebagai petunjuk bagi manusia dan Dia menurunkan
Al-Furqan. Sungguh, orang-orang yang ingkar terhadap ayat-ayat Allah akan
memperoleh azab yang berat. Allah Mahaperkasa lagi mempunyai hukuman. (QS
Ali-Imran : 1-4)
Al-Quran diturunkan secara berangsur-angsur memiliki hikmah
untuk kaum muslim. Allah berfirman :
وَقَالَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لَوْلَا نُزِّلَ عَلَيْهِ الْقُرْاٰنُ
جُمْلَةً وَّاحِدَةًۛ كَذٰلِكَۛ لِنُثَبِّتَ بِهٖ فُؤَادَكَ وَرَتَّلْنٰهُ
تَرْتِيْلًا
“Berkatalah orang-orang yang kafir: “Mengapa Al Qur’an
itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?” Demikianlah supaya Kami
perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil (teratur dan
benar).”(QS Al-Furqan : 32)
Sehingga secara tidak langsung, ketika Allah menjaga
kemurnia Al-Quran, maka Allah juga menjaga eksistensi As-sunnah. Karena secara
implisit, syariat Islam tidak semua dijelaskan dalam Al-Quran secara detail,
akan tetapi ayat-ayat Allah diterangkan dalam hadits-hadits Rasul.
Selain itu, Allah juga menjaga para penjaga Al-quran yaitu
penghafal Al-Quran. Karena di dalam dadanya terdapat keterjagaan Al-Quran.
Sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
اِحْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ
تُجَاهَكَ ، إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللهَ ، وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَـعِنْ بِاللهِ.
وَاعْلَمْ أَنَّ الْأُمَّةَ لَوِاجْتَمَعَتْ عَلىَ أَنْ يَنْفَعُوكَ بِشَيْءٍ ؛ لَمْ
يَنْفَعُوْكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ لَكَ، وَ إِنِ اجْتَمَعُوْا عَلَى
أَنْ يَضُرُّوْكَ بِشَيْءٍ ؛ لَمْ يَضُرُّوْكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ
عَلَيْكَ ، رُفِعَتِ الْأَقْلَامُ وَجَفَّتِ الصُّحُفُ». رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ ».
“Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah
Allah, maka engkau akan mendapati-Nya di hadapanmu. Jika engkau memohon
(meminta), mohonlah kepada Allah, dan jika engkau meminta pertolongan, mintalah
pertolongan kepada Allah. Ketahuilah, bahwa seandainya seluruh umat berkumpul
untuk memberi suatu manfaat kepadamu, maka mereka tidak akan dapat memberi
manfaat kepadamu, kecuali dengan sesuatu yang telah ditetapkan Allah untukmu.
Sebaliknya, jika mereka berkumpul untuk menimpakan suatu kemudharatan (bahaya)
kepadamu, maka mereka tidak akan dapat menimpakan kemudharatan (bahaya) kepadamu,
kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan atasmu. Pena telah diangkat
dan lembaran-lembaran telah kering.’” [HR. at-Tirmidzi, dan ia berkata, “Hadits
ini hasan shahîh.”]
Dan sebagai seorang muslim, sarana untuk menjaga syariat
Allah terbesar adalah dengan menjaga Al-Quran Al-karim. Meskipun terdapat
beberapa ujian dalam menjaga kemurnian dan eksistensi Al-Quran, pada akhirnya
Allah akan tetap menjaganya hingga hari kiamat sampai Allah sendiri yang
mencabutnya dari muka bumi.
Pada akhirnya disampaikan bahwa, Al-Quran adalah kitab yang
disucikan oleh Allah, dan diturunkan oleh Allah dan selalu dijaga oleh Allah
agar tetap lestari. Meskipun dengan wafatnya Rasulullah shallallahu ‘alahi
wasallam wahyu dari langit terputus, akan tetapi Al-Quran terus diwariskan
kepada orang-orang beriman.
Wallahu a’lam bish showab
Akhukum, Kharisma Ridho Husodo
Rangkuman Kajian “Penjagaan Allah terhadap Al-Quran” oleh
Syaikh Fahd bin Said Al-Qahthani & Ustadz Dr. Agus Hasan Bashari, Lc. @ Masjid Jami’ Al-Umm, Merjosari, Malang
Ahad, 7 Dzulqa’dah 1438H
0 komentar:
Posting Komentar