Senin, 31 Juli 2017

Penjagaan Allah terhadap Al-Quran




“PENJAGAAN ALLAH TERHADAP AL-QURAN”
Kenapa judulnya “Penjagaan Allah terhadap Al-Quran” ?
1.       Penjagaan Al-quran oleh Allah merupakan salah satu keistimewaan Allah. Bagian dari wasilah dari Allah ini, harus kita tonjolkan.
2.       Dengan teman ini bisa menambahkan iman, izzah, ilmu dan semangat dalam menghafal dan menghayati Al-Quran serta mendakwahkan Al-Quran.
3.       Karena dengan penjagaan Allah, Allah akan memberi petunjuk kepada orang-orang kafir untuk masuk islam.
Allah Subhanahu wa ta’ala berjanji didalam al-Quran, bahwa Dia akan menjaga al-Quran. firman-Nya:
اِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَاِنَّا لَهٗ لَحٰفِظُوْنَ
 “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan al-Quran dan sesungguhnya Kami benar – benar memeliharanya.” [QS Al-Hijr ayat 9]

Imam al-Qurthubi rahimahullah menyebutkan kisah menarik yang berhubungan dengan pemeliharaan al-Quran didalam kitab Tafsir nya. Berikut kisah nya :
Khalifah Al-Ma’mun (adalah) seorang kepala negara yang memiliki sebuah majelis diskusi. Kemudian sejumlah orang yang berpakaian bagus, berwajah tampan, dan bertubuh wangi masuk kedalam majelis tersebut, ia ikut berbicara. Pembicaraan nya sangat bagus dan gaya bicaranya indah.

Ketika majelis tersebut selesai, Khalifah Al-Ma’mun memanggilnya dan bertanya kepadanya: “Apakah kamu orang Israil?”
Ia menjawab : “Ya”
Al-Ma’mun kemudian berkata kepadanya : “Masuklah kedalam agama Islam, agar aku bisa berbuat sesuatu kepadamu.!”
Ia lalu menjanjikan sesuatu kepadanya. Tetapi orang itu menjawab : “Agamaku adalah agama nenek moyangku.” Ia kemudian pergi

Setelah setahun kemudian, ia datang lagi dalam keadaan telah memeluk agama Islam. Ia mahir dan sangat pintar dalam masalah fikih, terlihat dari tema pembicaraan nya.
Ketika majelis telah selesai, Ma’mun memanggilnya dan berkata : “Bukankah kamu dulu pernah datang?”
Ia menjawab : “Ya, benar”
Khalifah Al-Ma’mun bertanya lagi : “Apa yang menyebabkan mu memeluk agama Islam?” Ia pun bercerita :
Katanya : “Ketika aku pergi dari hadapan yang mulia, aku bermaksud menguji kebenaran agama – agama ini. Padahal baginda saat itu memandangku orang baik. Aku kemudian mencari Taurat dan menulis tiga naskah salinan nya. Aku menambahkan dan mengurangi isinya. Aku kemudian menawarkan nya ke biara (rumah ibadah yahudi) dan mereka membeli ketiga naskah tersebut dariku.

Setelah itu aku mengambil Injil dan menulis tiga naskah salinan nya. Aku menambah dan mengurangi isinya. Lalu aku masuk kedalam gereja (rumah ibadah nasrani) dan mereka pun membeli ketiga naskah itu dariku.
Aku kemudian mengambil al-Quran dan membuat tiga naskah salinan nya. Aku menambah dan mengurangi isinya. Kemudian aku masukkan ke tempat penjual kertas, mereka (penjual kertas yang muslim itu) membolak balik lembaran nya. Ketika mereka mendapatkan ada tambahan dan kekurangan padanya, mereka membuangnya dan tidak mau membelinya. Dari situ aku tahu bahwa al-Qur’an ini terjaga. Dan itulah yang menyebabkan aku masuk Islam.”[At-Tafsir An-Nabawi li Al-Quran]

MasyaAllah, maha benar Allah dan janji-Nya.

Tema ini merupakan salah satu penjelasan bahwa Al-Quran ini adalah firman Allah yang termaktub dalam kitab suci Al-Quran Al-Karim. Sehingga Al-Quran itu dijamin oleh Allah azza wa jalla bahwa tidak ada kebathilan di dalamnya. Dan Al-Quran ini diturunkan dari sisi Allah yang disampaikan oleh Jibril kepada Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Al-Quran merupakan ucapan / kalam dari Allah ta’ala dengan suara dan huruf yang indah dan tidak serupa dengan apapun karena tidak ada sesuatu pun yang mampu menandingi atau menyerupai Allah jalla wa ‘ala. Sebagaimana firman-Nya :
قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الْإِنْسُ وَالْجِنُّ عَلَىٰ أَنْ يَأْتُوا بِمِثْلِ هَٰذَا الْقُرْآنِ لَا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا
Katakanlah, “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa al-Qur’ân ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain. (QS Al-Isra : 88)
Dewasa ini, kita ketahui banyak pemikiran-pemikiran menyimpang bermunculan khususnya dalam sikapnya terhadap kalamullah. Terdapat kelompok yang meyakini bahwa Al-Quran adalah makhluk Allah dan bukan ucapan Allah. Terdapat juga kelompok yang meyakini bahwa Al-Quran ini adalah ungkapan dari kalamullah, jadi bukan resmi redaksi dari Allah. Adapun ahlus sunnah wal jama’ah, aqidahnya adalah meyakini bahwa Al-Quran secara haqiqi adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam melalui Malaikat Jibril secara terjaga bukan mimpi.
Allah jalla wa ‘ala berfirman :
وَإِنَّهُ لَتَنْزِيلُ رَبِّ الْعَالَمِينَ ْْ نَزَلَ بِهِ الرُّوحُ الْأَمِينُ ْْ عَلَىٰ قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنَ الْمُنْذِرِينَ ْْ بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُبِينٍ ْْ وَإِنَّهُ لَفِي زُبُرِ الْأَوَّلِينَ ْْ أَوَلَمْ يَكُنْ لَهُمْ آيَةً أَنْ يَعْلَمَهُ عُلَمَاءُ بَنِي إِسْرَائِيلَوَإِنَّهُ لَتَنْزِيلُ رَبِّ الْعَالَمِينَ ْْ نَزَلَ بِهِ الرُّوحُ الْأَمِينُ ْْ عَلَىٰ قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنَ  لْمُنْذِرِينَ ْْ بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُبِينٍ ْْ وَإِنَّهُ لَفِي زُبُرِ الْأَوَّلِينَ ْْأَوَلَمْ يَكُنْ لَهُمْ آيَةً أَنْ يَعْلَمَهُ عُلَمَاءُ بَنِي إِسْرَائِيلَ
Dan sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas. Dan sesungguhnya Al Quran itu benar-benar (tersebut) dalam Kitab-kitab orang yang dahulu. Dan apakah tidak cukup menjadi bukti bagi mereka, bahwa para ulama Bani Israil mengetahuinya? (QS Asy-syuara : 192-197)
Dari ayat diatas dapat dipahami bahwa Al-Quran itu diturunkan bukan diciptakan. Al-Quran itu dibawa turun oleh Ar-Ruhul Amiin (Malaikat Jibril yang terpercaya) dan diturunkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam agar memberi peringatan sebagaimana perintah Allah dalam firman-Nya :
يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ, قُمْ فَأَنْذِرْ, وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ, وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ, وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ وَلا تَمْنُنْ تَسْتَكْثِرُ, وَلِرَبِّكَ فَاصْبِرْ
Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatan! dan Tuhanmu agungkanlah! dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa tinggalkanlah, dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah. (QS Al-Muddatsir : 1-7)
Orang yahudi sebenarnya mengetahui bahwa Al-Quran itu adalah kalamullah. Akan tetapi karena tabiat orang yahudi yang hasad terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai orang arab sehingga orang yahudi tidak menampakkan kebenaran Islam dan Al-Quran. Itulah sifat orang yahudi yang suka menyelewengkan kebenaran.

Diantara manusia ada yang menyatakan bahwa Malaikat Jibril telah salah menurunkan Al-Quran kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang mana seharusnya diturunkan ‘Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu. Ini adalah kepercayaan orang-orang syiah. Orang seperti ini telah membuat kedustaan yang amat besar terhadap Allah jalla wa ‘ala. Padahal Allah ta’ala berfirman bahwa benar-benar Allah memilih Nabi Muhammad shallallahu ‘alahi wasallam sebagai utusan :
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ
Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud (QS Al-Fath : 29)
Allah telah menurunkan Al-Quran kepada hati Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam. Hal ini bukanlah kesalahan akan tetapi sudah direncanakan oleh Allah azza wa jalla sendiri. Bahkan dalam kitab terdahulu seperti Taurat dan Injil, ciri-ciri dari Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam diceritakan di dalamnya. Dan Allah juga membantah mereka yang ragu akan kebenaran Malaikat Jibril dalam firman-Nya :
عَلَّمَهُ شَدِيدُ الْقُوَى (٥) ذُو مِرَّةٍ فَاسْتَوَى (٦) وَهُوَ بِالأفُقِ الأعْلَى (٧) ثُمَّ دَنَا فَتَدَلَّى (٨) فَكَانَ قَابَ قَوْسَيْنِ أَوْ أَدْنَى (٩) فَأَوْحَى إِلَى عَبْدِهِ مَا أَوْحَى (١٠) مَا كَذَبَ الْفُؤَادُ مَا رَأَى    (١١) أَفَتُمَارُونَهُ عَلَى مَا يَرَى (١٢) وَلَقَدْ رَآهُ نَزْلَةً أُخْرَى (١٣) عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى (١٤) عِنْدَهَا جَنَّةُ الْمَأْوَى (١٥) إِذْ يَغْشَى السِّدْرَةَ مَا يَغْشَى (١٦) مَا زَاغَ الْبَصَرُ وَمَا طَغَى (١٧) لَقَدْ رَأَى مِنْ آيَاتِ رَبِّهِ الْكُبْرَى (١٨)
“yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat. Yang mempunyai akal yang cerdas; dan (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli. sedang dia berada di ufuk yang tinggi.  Kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi. maka jadilah dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi). Lalu dia menyampaikan kepada hambaNya (Muhammad) apa yang telah Allah wahyukan. Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya. Maka apakah kaum (musyrik Mekah) hendak membantahnya tentang apa yang telah dilihatnya? Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada syurga tempat tinggal. (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.”(QS An-Najm : 5-18)
Malaikat Jibril disebukan oleh Allah ta’ala bahwa dia sangat kuat dan terpercaya. Maka ketika ada orang yang menuduh bahhwa Al-Quran ini salah diturunkan, maka telah menuduh Malaikat Jibril berkhianat dan secara tidak langusng telah melontarkan celaan yang sangat besar terhadap Alah jalla wa ‘ala.
Bahkan, keterpercaya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak diragukan. Dalam surah di atas, Allah ta’ala mengabarkan bahwa beliau melihat dan menemui malaikat Jibril secara langsung, bukan lewat mimpi. Dan Al-Quran diajarkan kepada beliau secara langsung. Dan yang paling menarik, maasyarakat arab di sekitar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam percaya dengan beliau sehingga digelari dengan gelar “Al-Amiin”. Bahkan ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dakwah terhadap kaumnya dia berkata ““Wahai sekalian manusia.” Maka orang-orang Quraisy pun berkumpul. Kemudian beliau bertanya, “Bagaimana, sekiranya aku mengabarkan kepada kalian, bahwa musuh (di balik bukit ini) akan segera menyergap kalian, apakah kalian akan membenarkanku?” Mereka menjawab, “Ya.” Beliau bersabda lagi, “Sesungguhnya aku adalah seorang pemberi peringatan bagi kalian. Sesungguhnya di hadapanku akan ada adzab yang pedih.” Akhirnya Abu Lahab pun berkata, “Apakah hanya karena itu kamu mengumpulkan kami? Sungguh kecelakanlah bagimu.” (HR Bukhari & Muslim).
Dalam hadits tersebut menunjukkan bahwa orang-orang musyrik tidak mendustakan pribadi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam akan tetapi mendustakan risalah yang dibawa Allah yaitu ayat-ayat Allah ta’ala.

Al-Quran ini adalah kitabullah yang dijaga oleh Allah azza wa jalla, mulai dari sifat malaikat Jibril dan sifat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Al-Quran bukanlah hasil karangan Rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallam atau narasi, akan tetapi beliau hanya bertugas untuk menyampaikan, sebagai mubaligh. Hal ini terbantahkan karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah Nabi yang Ummi, tidak bisa baca dan tulis. Sifat ini sudah termaktub dalam kitab-kitab sebelumnya yaitu Taurat dan Injil. Demikianlah ditetapkan untuk menjaga Al-Quran, serta Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebelumnya belum mengenal mengenai apa itu kitab dan apa itu  iman. Jadi, tugas beliau tidak lain adalah untuk menyampaikan. Allâh Azza wa Jalla berfirman:
يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ ۖ وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ
Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. [al-Mâidah/5:67]

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah seorang yang amanah, tidak ada sesuatupun yang disembunyikan dari umatnya, semua risalah terjaga dan telah beliau sampaikan. Jikalau Rasulullah menyembunyikan risalah atau wahyu tentunya yang akan disembunyikan adalah ayat-ayat yang mengkritik beliau seperti dalam surah ‘Abasa. Karena dalam surah tersebut berisi tentang teguran Allah terhadap beliau.
Selain itu bukti lain bahwa Al-Quran ini adalah murni kalamullah tidak diubah atau dimodifikasi oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah adanya redaksi  قل(Katakan). Hal ini sebagai bukti bahwa ini kalamullah yang diajarkan kepada beliau dan tugas beliau adalah sebagi mubaligh. Tentu jika ini dimodififkasi oleh Rasul, maka tidak seperti ini redaksinya.
Allah ta’ala berfirman :
سَنُقْرِؤُكَ فَلَا تَنسَى ﴿٦﴾إِلَّا مَا شَاء اللَّهُ إِنَّهُ يَعْلَمُ الْجَهْرَ وَمَا يَخْفَى ﴿٧﴾
Kami akan membacakan (Al Quran) kepadamu (Muhammad) maka kamu tidak akan lupa. kecuali kalau Allah menghendaki. Sesungguhnya Dia mengetahui yang terang dan yang tersembunyi. (QS Al-A’la : 6-7)
Ayat tersebut adalah salah satu bukti penjagaan Allah, bahwa ayat quran yang diturunkan kepada Rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallam terjaga dan utuh. Dan tidak akan terhapus / terlupa kecuali Allah menghendakinya, sehingga tentu Al-Quran ini terjaga oleh Allah. Hal ini bukan karena kemampuan Rasul akan tetapi karena rahmat kehendak Allah semata, sebagaiman firmanNya :
 لَا تُحَرِّكْ بِهٖ لِسَانَكَ لِتَعْجَلَ بِهٖ ْْ إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهٗ وَقُرْاٰنَهٗ ْْ فَإِذَا قَرَأْنٰهُ فَاتَّبِعْ قُرْاٰنَهٗ ْْ ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا بَيَانَهٗ
Jangan engkau (Muhammad) gerakkan lidahmu (untuk membaca Al Quran) karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya. Sesungguhnya Kami yang akan mengumpulkannya (di dadamu) dan membacakannya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu.Kemudian sesungguhnya Kami yang akan menjelaskannya.  (QS Al-Qiyamah : 16-19)
Allah lah yang menghendaki hafalan dan penjelasannya di dalam hati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan Allah azza wa jalla yang mengumpukan dalam hati beliau.

Allah ta’ala berfirman :
وَمَا كُنْتَ تَتْلُو مِنْ قَبْلِهِ مِنْ كِتَابٍ وَلَا تَخُطُّهُ بِيَمِينِكَ إِذًا لَارْتَابَ الْمُبْطِلُونَ
“Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya (Al Quran) sesuatu Kitabpun dan kamu tidak (pernah) menulis suatu Kitab dengan tangan kananmu; andaikata (kamu pernah membaca dan menulis), benar-benar ragulah orang yang mengingkari(mu).” (QS. Al Ankabut: 48)
Allah menegaskan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak membaca kitab apapun sebelumnya dan tidak pernah menulis. Tentunya jika beliau melakukan yang diatas maka orang-orang kafir dan musyrik akan menuduh dengan gamblang bahwa Al-Quran adalah hasil karya beliau. Naudzubillah.

Oleh karena itu, peristiwa turunnya wahyu pertama adalah juga salah satu bentuk bukti bahwa Rasuluallah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah ummi. Dan ini merupakan keutamaan umat beliau, bahwa ayat pertama ini membasmi buta baca tulis pada umatnya karena hal ini memerintahkan umatnya untuk membaca dan menulis. Ketika Rasul diperintahkan malaikat JIbril untuk menirukan “Iqra !”, beliau menjawab “Maa ana bi qori’”. Jibril mengulanginya hingga 3 kali akan tetapi Rasul tetap menjawab dengan jawaban yang sama. Dan terakhir Jibril mengatakan “Iqra’ bismi rabbikalladzi khalaq”, pada saat itu lah beliau paham bahwa beliau diminta untuk menirukan.

Penjagaan Allah azza wa jalla terhadap Al-Quran diwujudkan dalam 4 eksistensi yaitu :
1.       Dalam Lauhul Mahfudzh
Allah berfirman :
بَلْ هُوَ قُرْاٰنٌ مَّجِيدٌ ْْ فِيْ لَوْحٍ مَّحْفُوْظٍ
Bahkan (yang didustakan mereka itu) ialah Al-Quran yang mulia, yang (tersimpan) dalam Lauhul Mahfuzh. (QS Al-Buruj 21-22)
Al-Quran yang terjaga di lauhul mahfudz, tidak ada yang mengetahui kecuali Allah ta’ala. Dan AL-quran sudah adalah disana sejak zaman azali.
2.       Di Baitu “Izzah
Baitul ‘Izzah adalah lapisan langit yang paling rendah,yang letaknya sejajar dengan ka’bah. Dan apabila ditelusur ke atas lagi maka, akan sejajar dengan baitul makmur. Dalam surah Al-Qadr disebutkan bahwa  Al-Quran diturunkan secara utuh tertulis di baitul ‘Izzah dan yang membacanya adalah para malaikat. Allah ta’la berfirman :
فِيْ صُحُفٍ مُّكَرَّمَةٍ ْْ مَرْفُوْعَةٍ مُّطَهَّرَةٍ ْْ بِاَيْدِيْ سَفَرَةٍ ْْ كِرَامٍ بَرَرَةٍ
di dalam kitab-kitab yang dimuliakan. yang ditinggikan lagi disucikan,di tangan para penulis (Malaikat), yang mulia lagi berbakti.  (QS ‘Abasa 13-16)
3.       Terjaga dalam dada para Hafidzh Quran
بَلْ هُوَ آيَاتٌ بَيِّنَاتٌ فِي صُدُورِ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ وَمَا يَجْحَدُ بِآيَاتِنَا إِلَّا الظَّالِمُونَ
“Sebenarnya, Al Qur’an itu adalah ayat-ayat yang jelas di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu . Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim.” (Al-‘Ankabut:49)
Dan ini merupakan salah satu keutmaan para penghafal Al-quran bahwa mereka adalah agen penjaga kalamullah. Bahkan sahabat Rasulul, Ibnu Mas’ud hafal 70 ayat  langsung dari lisan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, masyaaAllah.
4.       Tertulis dalam mushaf Al-Quran
Di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, Al-Quran masih belum disatukan. Pada zaman itu, Al-Quran tertulis terpisah dan dalam lebih dari 7 macam jenis huruf. Pada zaman khalifah Abu Bakar ash-Shidiq radhiallahu ‘anhu, lembaran-lembaran Al-quran tersebut dikumpulkan. Dan pada zaman khalifah Utsman bin Affan radhiallahu ‘anhu, lembaran-lembaran Al-Quran disalin dan dijadikan dalam bentuk satu huruf quraisy, yang sekarang disebut sebagai mushaf utsmani.

Termasuk penjagaan Allah azza wa jalla terhadap Al-quran adalah Al-Quran diturunkan secara utuh satu waktu lalu Allah menurunkan secara berangsur-angsur.
Disebutkan dalam firman-Nya :
الٓمّٓ ْْ اَللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُۗ ْْ نَزَّلَ عَلَيْكَ الْكِتٰبَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَاَنْزَلَ التَّوْرٰةَ وَالْاِنْجِيْلَۙ ْْ مِنْ قَبْلُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَاَنْزَلَ الْفُرْقَانَۗ اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا بِاٰيٰتِ اللّٰهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيْدٌۗ وَاللّٰهُ عَزِيْزٌ ذُو انْتِقَامٍۗ
Alif Laam Miim. Allah, ttiada Tuhan selain Dia. Yang Mahahidup, yang terus menerus mengurus (makhluk-Nya). Dia menurunkan secara berangsur-angsur Kitab (Al-Quran) kepadamu (Muhammad) yang mengandung kebenaran, membenarkan (kitab-kitab) sebelumnya, dan menurunkan Taurat dan Injil. Dari Sebelumnya, sebagai petunjuk bagi manusia dan Dia menurunkan Al-Furqan. Sungguh, orang-orang yang ingkar terhadap ayat-ayat Allah akan memperoleh azab yang berat. Allah Mahaperkasa lagi mempunyai hukuman. (QS Ali-Imran : 1-4)

Al-Quran diturunkan secara berangsur-angsur memiliki hikmah untuk kaum muslim. Allah berfirman :
وَقَالَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لَوْلَا نُزِّلَ عَلَيْهِ الْقُرْاٰنُ جُمْلَةً وَّاحِدَةًۛ كَذٰلِكَۛ لِنُثَبِّتَ بِهٖ فُؤَادَكَ وَرَتَّلْنٰهُ تَرْتِيْلًا
“Berkatalah orang-orang yang kafir: “Mengapa Al Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?” Demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil (teratur dan benar).”(QS Al-Furqan : 32)

Sehingga secara tidak langsung, ketika Allah menjaga kemurnia Al-Quran, maka Allah juga menjaga eksistensi As-sunnah. Karena secara implisit, syariat Islam tidak semua dijelaskan dalam Al-Quran secara detail, akan tetapi ayat-ayat Allah diterangkan dalam hadits-hadits Rasul.

Selain itu, Allah juga menjaga para penjaga Al-quran yaitu penghafal Al-Quran. Karena di dalam dadanya terdapat keterjagaan Al-Quran. Sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
اِحْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ ، إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللهَ ، وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَـعِنْ بِاللهِ. وَاعْلَمْ أَنَّ الْأُمَّةَ لَوِاجْتَمَعَتْ عَلىَ أَنْ يَنْفَعُوكَ بِشَيْءٍ ؛ لَمْ يَنْفَعُوْكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ لَكَ، وَ إِنِ اجْتَمَعُوْا عَلَى أَنْ يَضُرُّوْكَ بِشَيْءٍ ؛ لَمْ يَضُرُّوْكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ عَلَيْكَ ، رُفِعَتِ الْأَقْلَامُ وَجَفَّتِ الصُّحُفُ». رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ ».
“Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah Allah, maka engkau akan mendapati-Nya di hadapanmu. Jika engkau memohon (meminta), mohonlah kepada Allah, dan jika engkau meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah, bahwa seandainya seluruh umat berkumpul untuk memberi suatu manfaat kepadamu, maka mereka tidak akan dapat memberi manfaat kepadamu, kecuali dengan sesuatu yang telah ditetapkan Allah untukmu. Sebaliknya, jika mereka berkumpul untuk menimpakan suatu kemudharatan (bahaya) kepadamu, maka mereka tidak akan dapat menimpakan kemudharatan (bahaya) kepadamu, kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan atasmu. Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering.’” [HR. at-Tirmidzi, dan ia berkata, “Hadits ini hasan shahîh.”]

Dan sebagai seorang muslim, sarana untuk menjaga syariat Allah terbesar adalah dengan menjaga Al-Quran Al-karim. Meskipun terdapat beberapa ujian dalam menjaga kemurnian dan eksistensi Al-Quran, pada akhirnya Allah akan tetap menjaganya hingga hari kiamat sampai Allah sendiri yang mencabutnya dari muka bumi.

Pada akhirnya disampaikan bahwa, Al-Quran adalah kitab yang disucikan oleh Allah, dan diturunkan oleh Allah dan selalu dijaga oleh Allah agar tetap lestari. Meskipun dengan wafatnya Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam wahyu dari langit terputus, akan tetapi Al-Quran terus diwariskan kepada orang-orang beriman.

Wallahu a’lam bish showab
Akhukum, Kharisma Ridho Husodo

Rangkuman Kajian “Penjagaan Allah terhadap Al-Quran” oleh Syaikh Fahd bin Said Al-Qahthani & Ustadz Dr. Agus Hasan Bashari, Lc.  @ Masjid Jami’ Al-Umm, Merjosari, Malang
Ahad, 7 Dzulqa’dah 1438H

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © 2014 Qolbu Booster