Minggu, 16 Juli 2017

Ramadhan Lewat, Jangan Tinggalkan Masjid



Bulan yang selalu dirindukan sudah meninggalkan kita, bulan yang di dalamnya sangat banyak sekali kebaikan dimana banyak hamba Allah yang berlomba-lomba dalam beramal shalih. Selain itu banyak pula hamba Allah yang pada awalnya bejat menjadi taat karena ingin meraih ampunanNya di bulan Ramadhan.
Akan tetapi Ramadhan ini adalah waktu dimana seorang hamba akan diuji untuk melihat seberapa jauh ketaatan seorang hamba dan bagaimana kelanjutannya setelah dia beranjak dari bulan Ramadhan. Apakah masih mendekatkan diri kepada Allah ataukah kembali kepada perbuatan maksiat?

Salah satunya yang dirindukan adalah nikmatnya shalat berjamaah di masjid, khususnya bagi kaum laki-laki. Di bulan Ramadhan, banyak masjid jadi ramai. Shalat wajib 5 waktu berjamaah di masjid meningkat makmumnya, walaupun yang paling banyak jamaahnya waktu shalat isya dan tarawih. Meski kuantitasnya fluktuatif, akan tetapi orang-orang menyadari bahwa shalat berjamaah di masjid lebih utama dan lebih banyak pahala dibandingkan shalat di rumah dan sendirian.

Akan tetapi kenapa setelah Ramadhan lewat seakan-akan masjid itu hanyak dikenal buka 24 jam di bulan Ramadhan saja? Selain Ramadhan, mereka mengunjungi masjid hanya 1 minggu sekali yaitu hari jumat. Padahal hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ini berlaku setiap waktu lho :
“Shalatnya seorang lelaki dengan berjamaah itu melebihi shalatnya (sendirian) di rumah atau di pasar sebanyak dua puluh lima kali, yang demikian itu disebabkan karena bila dia berwudhu dengan sempurna, kemudian pergi ke masjid dengan tiada tujuan lain kecuali untuk melakukan shalat (berjamaah) semata-mata, maka tiadalah ia melangkah kecuali diangkat kedudukannya satu derajat dan dihapuskan satu dosanya. Dan jika ia shalat, maka para malaikat memohonkan untuknya rahmat selama ia masih berada di tempat shalat itu dalam keadaan tidak berhadast. (Para malaikat itu berdoa), ‘Ya Allah, berilah rahmat kepada orang ini dan sayangilah dia.’ Dan orang itu selalu dianggap sedang melakukan shalat, selama menantikan datangnya waktu shalat yang lain.” (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, & Ibnu Majah).


Maka jadilah generasi Rabbani, bukan ramadhani. Karena Allah tetap akan menjadi Tuhan semesta alam di setiap bulannya. Sebagian salaf mengatakan, “Janilah seorang Rabbani bukan seoarang Ramadhani”. Maksudnya, janganlah engkau taat dan beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala hanya terbatas pada bulan Ramadhan saja. Hidup kita semuanya adalah masa-masa ketaatan kepada Allah Jalla wa ‘Ala. Allah Ta’ala berfirman,
وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ
“Dan sembahlah Rabb-mu hingga datang kematian menjemputmu.” (QS. Al-Hijr: 99).

Ada sebuah permisalan yang perlu untuk diperhatikan. Bagaimana pendapat Anda sekalian jika ada seorang perempuan yang memintal benang menjadi pakaian selama satu bulan sempurna. Setelah selesai ia urai lagi pakaian yang telah jadi itu menjadi benang-benang? Mungkin Anda akan mengatakan perempuan ini tidak pintar atau bodoh, atau perempuan ini tidak memiliki sifat hikmah. Demikian pula yang Allah firmankan,
وَلَا تَكُونُوا كَالَّتِي نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ أَنْكَاثًا
“Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali…” (QS. An-Nahl: 92).

Demikianlah, jika seorang hamba diberi taufik untuk menaati Allah Jalla wa ‘Ala, lalu ia mengajak dirinya agar melakukan ketaatan kemudian setelah itu ia kembali lagi kepada kerusakan dan merusak sendi-sendi yang sudah ia bangun. Keadaan ini sama halnya dengan wanita yang telah memintal benang tadi, lalu merusak hasil yang telah ia upayakan.
Oleh karena itu, hendaknya kita merenung dan berpikir, terus memuhasabah diri dan menimbang amal. Jadikanlah hari-harimu saat-saat dimana sibuk dalam kebaikan dan ketakwaan.
Wallahu a’lam bish showab

Akhukum Kharisma Ridho Husodo

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © 2014 Qolbu Booster