Ketaatan kepada Allah nomor satu
Apakah dibenarkan apabila terdapat karyawan yang lebih
mematuhi manager daripada direkur? Tentu hal ini kontradiktif dengan aturan
yang ada, bahkan bisa jadi karyawan tersebut mendapat masalah sampai-sampai
bisa diberhentikan dari kerja
Lalu sekarang, apa jabatanmu sehingga dirimu berani meninggalkan perintahNya, bermaksiat kepadaNya, karena keberadaan seorang makhluq?
Lalu sekarang, apa jabatanmu sehingga dirimu berani meninggalkan perintahNya, bermaksiat kepadaNya, karena keberadaan seorang makhluq?
.
Jadi kau lebih takut kepadan seorang manusia dibandingkan takut kepada Allah azza wa jalla ?
Jadi kau lebih takut kepadan seorang manusia dibandingkan takut kepada Allah azza wa jalla ?
Hati-hati dengan firman Allah ta’ala berikut :
“Sesunguhnya dalam hati mereka (orang munafik), kamu (kaum
muslimin) lebih ditakuti daripada Allah. Yang demikian itu karena mereka
orang-orang yang tidak mengeri. (QS Al-Hasyr : 13)
Benarkah demikian? Jelas salah, Sebab ketaatan kepada makhluk
tak boleh dilakukan apabila dalam perkara maksiat, misalnya dalam perkara
kesyirikan, kekafiran, bid’ah dan dosa lainnya.
Allah
-Ta’ala- menjelaskan hal ini dalam firman-Nya :
“Dan Kami
wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang tuanya. Dan jika keduanya
memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu
tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya
kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu
kerjakan”. (QS. Al-Ankabut
: 8 )
Dan hal ini dapat dipertegas dari hadits
Rasulullah shallallhu ‘alaihi wasallam ketika beliau menasehati untuk taat pada
pemimpin.
“Bagi setiap muslim, wajib taat dan mendengar
kepada pemimpin (penguasa) kaum muslimin dalam hal yang disukai maupun hal yang
tidak disukai (dibenci) kecuali jika diperintahkan dalam maksiat. Jika
diperintahkan dalam hal maksiat, maka boleh menerima perintah tersebut dan
tidak boleh taat.” (HR. Bukhari dan Muslim).
.
Beberapa faedah dari hadits di atas yaitu , wajib
bagi setiap muslim untuk mentaati pemimpin atau imam kaum muslimin dalam segala
perkara, baik dalam keadaan suka maupun tidak suka akan tetapi tidak boleh mentaati
penguasa dalam hal maksiat karena tidak ada ketaatan dalam bermaksiat pada
Allah. Setiap muslim wajib mengenyampingkan kepentingan individu dan kelompok,
lalu memilih perkara yang lebih menyatukan kaum muslimin.
.
Meski demikian, dalam hal keluarga, seorang isteri, atau
anak, hendaknya tetap menempuh cara yang baik untuk mengatasi problema-problema
tersebut, yaitu dengan menjelaskan dalil-dalil syariatnya, keharusan mentaati
Allah dan RasulNya, waspada terhadap perbuatan maksiat kepada Allah dan
RasulNya, sambil terus konsisten melaksanakan kebenaran, tidak mematuhi
perintah yang menyelisihi kebenaran, baik perintah itu dari suami, ayah, ibu
ataupun lainnya.
.
Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam :
Tidak boleh mentaati mekhluk dengan bemaksiat terhadap Allah
Subhanahu wa Ta’ala”.
(HR Ahmad)
.
.
Hadits ini mengandung banyak pelajaran, di antaranya tidak
diperbolehkannya mentaati orang yang memerintahkan durhaka kepada Allah azza wa
jalla, baik hal itu dilakukan oleh pemerintah, ulama ataupun masyaikh. Karena
ketaatan kepada Allah adalah nomor satu, dan jangan sampai menggadaikan
akhiratmu hanya untuk seucil dari kesenangan dunia.
Wallahu a’lam, 4 Muharram 1439H
Barakallahu fiikum
Kharisma Ridho Husodo
Kharisma Ridho Husodo
0 komentar:
Posting Komentar