Minggu, 22 November 2015

Sehati Sekata karena Allah



Sungguh sepasang kekasih itu benar-benar memiliki ikatan spesial
Itulah ikatan kecintaan paling kuat yaitu karena Allah,
Cinta karena Allah dan benci karena Allah
Bukankah itu tali keimanan yang paling kuat?

“Sehati Sekata” mungkin disalahgunakan oleh kebanyakan anak muda untuk bermesraan dengan pasangannya yang tidak HALAL baginya. Sungguh, ketahuilah bahwa sesuatu apabila ditempatkan pada tempat yang haram akan menjadi suatu dosa. Akan tetapi apabila suatu hal ditempatkan kepada sesuatu yang halal yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya maka akan menjadi pahala.
Ini merupakan “sehati sekata” yang tidak ada baiknya sama sekali dan merupakan kebohongan yang hanya akan semakin menjerumuskan mereka (pasangan yang tidak halal) kepada maksiat yang berlarut-larut. Naudzubillahi min dzalik

Tahukah bahwa ada kisah yang benar-benar “sehati sekata”,
Kisah dua insan yang benar-benar cinta karena Allah, dan benar ini merupakan kisah yang sungguh menabjubkan.
Ini merupakan kisah yang diambil setelah terjadi perjanjian hudaibiyah dimana hasil dari perjanjian ini memberatkan kaum muslimin. Akhirnya beberapa sahabat kecewa karena batal menunaikan umrah (karena isi perjanjian tersebut melarang untuk umrah) lalu protes kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, yaitu Umar bin Khattab radhiallahu anhu.

Umar radhiallahu anhu bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam : “Bukankah engkau benar-benar Nabi Allah?”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab : “Iya”
Umar radhiallahu anhu berkata : “Bukankah kita di atas kebenaran sedangkan musuh kita di atas kebatilan?”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab : “Ya”
Umar radhiallahu anhu bertanya lagi : “Kalau begitu mengapa kita menghinakan diri dalam agama kami?”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab : “Sesungguhnya aku adalah utusan Allah dan aku tidak akan bermaksiat kepada-Nya dan Dialah yang akan menolongku”
Umar radhiallahu anhu bertanya lagi : “Bukankah engkau berkata bahwa kita akan datang ke Baitullah dan melakukan thawaf di sekelilingnya?”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab “Ya, tapi apakah aku mengabarkan kepadamu bahwa kita akan datang ke Baitullah tahun ini?”
Umar radhiallahu anhu menjawab : “Tidak”
Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “sesungguhnya engkau akan datang dan melakukan thawaf di sekelilingnya”

Umar radhiallahu anhu pun pergi mencari Abu Bakar radhiallahu anhu. Umar radhiallahu anhu bertemu dengan Abu Bakar Ash-Shidiq radhiallahu anhu dan bertanya kepadanya, “Wahai Abu Bakar, bukankah beliau itu benar-benar Rasulullah?”
Abu bakar radhiallahu anhu menjawab : “Ya”
Umar radhiallahu anhu berkata : “Bukankah kita di atas kebenaran sedangkan musuh kita di atas kebatilan?”
Abu Bakar radhiallahu anhu menjawab : “Ya, Benar”
Umar radhiallahu anhu bertanya lagi : “Kalau begitu mengapa kita menghinakan diri dalam agama kami?”
Abu Bakar radhiallahu anhu menjawab : “Sesungguhnya beliau adalah utusan Allah dan beliau tidak akan bermaksiat kepada-Nya dan Dialah yang akan menolongnya. Berpegangteguhlah kepadanya dan jangan menyalahinya. Sesungguhnya beliau dalam kebenaran”
Umar radhiallahu anhu bertanya lagi : “Bukankah beliau berkata bahwa kita akan datang ke Baitullah dan melakukan thawaf di sekelilingnya?”
Abu Bakar radhiallahu anhu menjawab “Ya, tapi apakah beliau mengabarkan kepadamu bahwa kita akan datang ke Baitullah tahun ini?”
Umar radhiallahu anhu menjawab : “Tidak”
Lalu Abu Bakar radhiallahu anhu berkata: “sesungguhnya engkau akan datang dan melakukan thawaf di sekelilingnya”
(HR Shahih Bukhari, Kitab Asy-Syuruth)

MasyaaAllah, bisa kita lihat benar-benar suatu kisah yang “sehati sekata”. Kita lihat bagaimana Umar radhiallahu anhu bertanya kepada Rasululllah shallallahu ‘alaihi wasallam dan kepada Abu Bakar radhiallahu anhu lalu dijawab oleh Abu Bakar radhiallahu anhu dengan jawaban yang sama persis, “Sehati sekata” dengan jawaban kekasihnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Padahal Abu Bakar radhiallahu anhu tidak mendengarkan dan jauh dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika Umar radhiallahu anhu bertanya.

Faidah yang dapat kita petik dari kisah diatas adalah kita tahu bagaimana kekuatan cinta karena Allah membuat sahabat Abu bakar ash-shidiq mempunyai keutamaan. Hal ini menunjukkan bahwa Abu Bakar radhiallahu anhu sangat cinta kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, CINTA SEJATI dan CINTA SEHATI.
Ketika para sahabat lain merasa kecewa dan protes akan hasil perjanjian hudaibiyah, tapi Abu Bakar radhiallahu anhu langsung patuh tanpa protes ataupun ragu dan pendapatnya sesuati dengan pendapat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Saking patuh dan cintanya, sampai-sampai jawaban Abu Bakar radhiallahu anhu persis dengan jawabam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tanpa ada kesepakatan atau isyarat apapun. MasyaaAllah

Semoga tulisan ini bermanfaat.
Dan semoga kita bisa berkumpul dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan Abu Bakar serta Umar radhiallahu anhuma. Aamiin

Akhukum, Kharisma Ridho.

Pustaka :
1. Shahih Bukhari, Kitab Asy-Syuruth
2. Anuz, Fariq Gasim. 2015. Abu bakar Ash-shidiq : Kepemimpinan dan Kelembutan Pembela Nabi. Solo : Daun Publishing

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © 2014 Qolbu Booster