Manakah yang lebih sering?
Sudah 27
hari kita berada di bulan Ramadhan. Jujur saja, kita sekarang tidak bisa hidup
tanpa berlepas dari kepentingan dunia. Akan tetapi jangan sampai kepentingan dunia mengalihkan
perhatian kita dari keutamaan dunia.
Lalu, di
akhir Ramadhan ini, mana kah yang lebih sering kamu pegang? Mana yang sering
menemanimu di waktu waktummu? Mana yang lebih sering mampir di hati kita ketika
kita sedang tidak sibuk?
HP atau
Al-Quran? Shalat atau nonton bioskop? I’tikaf di masjid atau shoping di Mall? Perbanyak
doa atau main petasan?
Terkadang,
HP kita anggap lebih penting sekali-sekali seakan-akan HP ini adalah jantung
kedua kita. Akan tetapi di akhir Ramadhan ini kurangilah interaksimu dengan HP,
perbanyak tilawah Quran atau amalan-amalan shalih yang lainnya.
Karena
ketika engkau masuk dalam dunia maya lewat HP, maka mudharat lebih banyak
daripada manfaatnya. Ibnul Jauzi rahimahullah berkata
“Dunia lebih
besar sihirnya dari Harut dan Marut. Sihir Harut dan Marut memisahkan suami dan
istrinya. Sementara dunia memisahkan hamba dengan Rabb-nya.
MasyaaAllaah,
sangat realistis apa yang dikatakan oleh ulama kita. Kita harus bisa
pintar-pintar dalam menyikapi dunia. Janganlah kau jadi budak dunia sehingga
dia lah mengatur kehidupanmu, tapi jadikanlah dunia itu budakmu sehingga engkau
yang mengatur urusan duniamu. Abdullah bin Mubarak berkata :
“Dunia
merupakan penjara bagi orang beriman, sabar serta menahan diri merupakan amal
terbesarnya di dalam penjara, dan negeri bagi orang beriman bukanlah dunia,
melainkan akhirat"
Coba
perhatikan, surat yang ditulis seorang ulama tabi’in Hasan Al Bashri kepada khalifah,
Umar bin Abdul Aziz :
Amma ba’du,
sesungguhnya dunia ialah negeri yang mencemaskan. Adam diturunkan kepadanya tak
lain sebagai hukuman atasnya. Ketahuilah, sesungguhnya keadaan dunia tak
seberapa, barangsiapa memuliakannya, hinalah dia. Setiap saat selalu ada yang
binasa disebabkan dunia. Maka jadilah engkau, wahai amirul mukminin, laksana
orang yang mengobati lukanya; ia bersabar akan rasa sakit (ketika mengobati),
karena khawatir musibahnya akan berkepanjangan. Wassalaam.” (Hilyatul Auliya’,
1/272)
Maka coba perhatikan
para pendahulu kita dalam menghadapi dunia, maka belajarlah dari mereka apalagi
di bulan Ramadhan ini. Maka sayang, apabila dilewatkan dengan hal yang tak
berrmanfaat.
Wallahu a’lam
bish showab
Akhukum
Kharisma Ridho Husodo
Sabtu, 27
Ramadhan 1437H
0 komentar:
Posting Komentar