Konsekuensi Orang Keren
Sudah menjadi ketentuan yang ma’ruf, bahwa semakin tinggi
kedudukan seseorang maka godaan dan ujian semakin kencang menerpa.
Apalagi soal keimanan, siapapun bisa memiliki keimanan yang
tinggi, karena tidak pandang keturunan, tidak pandang kekayaan, tidak pandang
ras dan suku serta tidak pandang rupamu. Akan tetapi masalah keimanan ini
menyangkut, apa yang ada di dalam hati dan kualitas amalan kita bro.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ
وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ
“Sesungguhnya Allah
tidak melihat pada bentuk rupa dan harta kalian. Akan tetapi, Allah hanyalah
melihat pada hati dan amalan kalian.” (HR. Muslim)
Sehingga orang yang “keren” imannya, sudah
konsekuensinya jika memiliki ancaman godaan dari setan. Tapi dia sudah tahulah,
bahwa godaan tersebut merupakan propaganda dari syetan. Jadi kalau untuk tergoda
itu, entar dulu lah. Sudah ada dari zaman dulu, zamannya Nabi Yusuf ‘alaihissalam
bahwa orang yang semakin keren itu, godaanya semakin berat lah.
Bahkan, ketika dihadapkan godaan tersebut dengan kerennya Nabi
Yusuf ‘alaihissalam rela menjual dunia demi akhiratnya. Sebagaimana yang telah
tertulis dalam Al-Quran :
قَالَ رَبِّ السِّجْنُ أَحَبُّ إِلَيَّ
مِمَّا يَدْعُونَنِي إِلَيْهِ ۖ وَإِلَّا تَصْرِفْ عَنِّي كَيْدَهُنَّ أَصْبُ إِلَيْهِنَّ
وَأَكُنْ مِنَ الْجَاهِلِينَ﴿٣٣﴾فَاسْتَجَابَ لَهُ رَبُّهُ فَصَرَفَ عَنْهُ كَيْدَهُنَّ
ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
Yusuf berkata: “Wahai Rabbku, penjara lebih aku sukai
daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan
diriku dari tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi
keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh. Maka
Rabbnya memperkenankan doa Yusuf, dan Dia menghindarkan Yusuf dari tipu daya
mereka. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS Yusuf
: 33-34)
Coba tengok akhi, Nabi Yusuf ‘alaihissallam lebih memilih
menghuni penjara daripada berbuat maksiat. Demikianlah seharusnya orang keren,
bila di hadapkan pada dua pilihan ujian, berbuat maksiat atau hukuman duniawi,
maka ia memilih sanksi duniawi ketimbang melakukan perbuatan dosa yang
mendatangkan hukuman berat di dunia dan akhirat. Karena itulah, termasuk dari
tanda kerennya keimanan, yaitu seorang hamba benci kembali kepada kekufuran
setelah diselamatkan Allah ta’ala darinya, sebagaimana ia benci dicampakkan ke
nyala api.
Sekali lagi saudaraku, jangan sampai dirimu tergoda oleh
langkah setan. Allah ta’ala berfirman :
إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا ۚإِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ
إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا ۚإِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ
“Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah
dia musuh. Karena sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak golongannya
supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala. (QS Faathir : 6)
Ingatlah, sesungguhnya janji Allah ta’ala berupa hari
kebangkitan, hari pembalasan, dan pertolongan-Nya adalah nyata. Janganlah
engkau terpedaya oleh dunia dan janganlah fokus kalian kepada akhirat
teralihkan. Sesungguhnya, setan adalah musuh bagi anak Adam semenjak dahulu dan
nyata. Janganlah janji-janji manis setan itu menipu kalian. Setan hanya menipu
pengikutnya agar bersama-sama menjadi penghuni neraka yang apinya
menyala-nyala.
Semoga, Allah ta’ala melindungi kita dari tipu daya setan. Aamiin
Wallahu a’lam
Penyusun : Kharisma Ridho Husodo
0 komentar:
Posting Komentar