Pemuda, AKSI dan Islam
Saya seorang mahasiswa dan pemuda yang memiliki jiwa menggebu dalam menanggapi sesuatu hal. Seketika ada sesuatu yang tidak sesuai hati ataupun yang bersifat mendzalimi, maka berontak diri ini untuk memeranginya. Akan tetapi ingatlah, ilmu dahulu sebelum beramal, berkata dan beraksi.
Apa itu SYUBHAT?
Bagi para pemuda, timbalah ilmu sebanyak-banyaknya karena pemuda ini adalah sasaran dari 2 musuh utama kita yaitu syubhat dan syahwat. Mengenai syubhat, perhatikanlah hadits berikut yang merupakan salah satu dari hadits Arbain Nawawi yang merupakan hadits-hadits mengenai rukun pokok dalam beragama.
Dari An Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
"Sesungguhnya yang halal itu jelas, sebagaimana yang haram pun jelas. Di antara keduanya terdapat perkara syubhat -yang masih samar- yang tidak diketahui oleh kebanyakan orang. Barangsiapa yang menghindarkan diri dari perkara syubhat, maka ia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya. Barangsiapa yang terjerumus dalam perkara syubhat, maka ia bisa terjatuh pada perkara haram. Sebagaimana ada pengembala yang menggembalakan ternaknya di sekitar tanah larangan yang hampir menjerumuskannya. Ketahuilah, setiap raja memiliki tanah larangan dan tanah larangan Allah di bumi ini adalah perkara-perkara yang diharamkan-Nya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits diatas menunjukkan ada dua faedah besar di sini yaitu meninggalkan perkara syubhat dapat mensucikan (menjaga) agama kita, dan juga menjaga kehormatan kita. Selain itu hadits ini menunjukkan bahwa jika seseorang bermudah-mudahan dan seenaknya saja memilih yang ia suka padahal perkara tersebut masih samar hukumnya, maka ia bisa jadi terjerumus dalam keharaman. Dari dua faedah ini Syaikhuna, Syaikh Sholih Al Fauzan Hafidzahullah mengatakan, “Dari sini menunjukkan bahwa janganlah kita tergesa-gesa sampai jelas suatu perkara.”
Ibnu Daqiq Al ‘Ied mengatakan bahwa orang yang terjerumus dalam syubhat bisa terjatuh pada yang haram dilihat dari dua sisi: (1) barangsiapa yang tidak bertakwa pada Allah lalu ia mudah-mudahan memilih suatu yang masih syubhat (samar), itu bisa mengantarkannya pada yang haram, (2) kebanyakan orang yang terjatuh dalam syubhat, gelaplah hatinya karena hilang dari dirinya cahaya ilmu dan cahaya sifat wara’, jadinya ia terjatuh dalam keharaman dalam keadaan ia tidak tahu. Bisa jadi ia berdosa karena sikapnya yang selalu meremehkan.
Ibnu Hajar Al Asqolani mengatakan, “Jika perkaranya syubhat (samar), maka sepatutnya ditinggalkan. Karena jika seandainya kenyataan bahwa perkara tersebut itu haram, maka ia berarti telah berlepas diri. Jika ternyata halal, maka ia telah diberi ganjaran karena meninggalkannya untuk maksud semacam itu. Karena asalnya, perkara tersebut ada sisi bahaya dan sisi bolehnya.” (Fathul Bari, 4: 291)
Masalah "AKSI PEMUDA"
Katanya metode Amar Ma'ruf dan Nahi Mungkar?
Untuk menjawab ini saya ambilkan dari kumpulan hadits pokok dalam beragama lagi yaitu hadits arbain nawawi. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, “Agama adalah nasihat” Kami bertanya, “Untuk siapa?” Beliau menjawab, “Untuk Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, para pemimpin kaum muslimin serta orang-orang awamnya.”(HR. Muslim no.55)
Perhatikanlah saudaraku, agama kita mensyariatkan untuk memberi nasihat. Namun tidaklah nasihat tersebut disampaikan kecuali dengan cara yang baik, tidak dengan membuka aib penguasa. Bukankah kita juga tidak ingin apabila aib kita dikuak secara terang-terangan kepada orang-orang khususnya masyarakat yang kita sayangi?
Simaklah baik-baik sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
“Barangsiapa yang hendak menasihati pemerintah dengan suatu perkara maka janganlah ia tampakkan di khalayak ramai. Akan tetapi hendaklah ia mengambil tangan penguasa (raja) dengan empat mata. Jika ia menerima maka itu (yang diinginkan) dan kalau tidak, maka sungguh ia telah menyampaikan nasihat kepadanya. Dosa bagi dia dan pahala baginya (orang yang menasihati)” (Shahih, riwayat Ahmad, Al Haitsami dan Ibnu Abi Ashim)
Saudaraku, apakah seseorang dapat menerima saranmu dengan baik jika engkau jelek-jelekkan serta kau umbar aibnya di depan umum? Bagaimana jika kejengkelan hatinya telah mendahului nasihatmu?
Malah kemungkinan besar dia yang dinasehati dengan cara terang-terangan itu sudah menerima kebenaran akan tetapi dia menolak diri untuk mengakuinya karena gengsi. Bukankah manusia sering merasa begitu?
Wahai ukhti, jangan nodai sifat "mutiara" milik kalian
Kalau sepengamatan saya, banyakan perempuan daripada laki-lakinya yang aktif. Begitu juga di lingkungan sekitar saya. Subhanallah. Hal ini jelas bertentangan dengan syariat islam, karena Allah melarang wanita untuk keluar dari rumahnya kecuali dengan alasan yang syar’i. Selain itu, hadirnya ukhti-ukhti di jalanan akan menimbulkan ikhtilath (campur baur) antara pria dan wanita yang bukan mahramnya secara terang-terangan. Laaillahaillallah. Tidakkah mereka memperhatikan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam :
“Tinggalkanlah olehmu bercampur baur dengan kaum wanita!” (HR. Bukhari).
Padahal kalian wahai para ukhti, lebih diinginkan oleh lelaki shalihah apabila mampu menjaga diri dan menjaga auratmu dengan baik, Alhamdulillah kalau menggunakan jilbab yang lebar yang apabila dipandang menjadikan diri kalian bak mutiara yang dihormati.
Seperti Muamalah riba, Kok bisa?
Dasarnya adalah hadits berikut ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya riba yang paling mengerikan adalah mencemarkan kehormatan seorang muslim tanpa alasan” (Shahih, riwayat Abu Dawud dan Ahmad).
Kehormatan seorang muslim adalah haram, sedangkan dalam "AKSI" ini tidak jarang akan engkau temukan berbagai macam pelecehan kehormatan seorang muslim dengan mencelanya. Padahal, dosa terkecil dari suatu riba itu disamakan oleh Rasulullah seperti menzinai ibu kandung sendiri. Naudzubillah (Shahih, Silsilah Shahihah no.1871)
Bukan ajaran Islam, Iya memang
Memang, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan para sahabatnya -atau kita sebut salafush shaleh- tidak membenarkan cara seperti ini. "Aksi" pertama dalam islam ini berlangsung pada zaman kekhalifahan Usman bin Affan radhiyallahu 'anhu yang membawa kerusakan dan berakhir pada terbunuhnya beliau. "Aksi" ini adalah provokasi dari kaum munafiqin yang berasal dari kaum yahudi yang pura-pura masuk islam. Jadi apakah kalian membenarkan cara ini untuk mendapatkan kemenangan islam? sekali-kali jangan.
Selain itu "AKSI" adalah produk barat yang jelas-jelas menganut sistem kuffar. Maka tidak pantas bagi seorang muslim untuk memasang label ‘islami’ karena memang Islam tidak mengajarkan cara seperti ini. Tidak berarti dengan menggunakan label ormas "ISLAM" akan membuat cara yang kau lakukan menjadi sesuai syariat dan bahkan lebih parah lagi dengan meyakininya sebagai metode dakwah yang islami. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa meniru suatu kaum maka ia termasuk golongan mereka.” (HR. Abu Dawud).
Akhir kata, perlu diketahui esungguhnya Islam tidak akan menang dengan cara yang menyelisihi syariat, namun Islam akan menang dengan cara yang benar yang dibangun di atas aqidah yang benar, dan jalan yang telah ditunjukkan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam.
Dan pesan saya yang penting adalah "BERILMULAH, timba ilmu agama yang banyak karena ini akan membuka mata dan hati dan semoga Allah memberi hidayah kepada kita semua".
Maka sesungguhnya kebahagiaan dan keselamatan adalah dengan mengikuti Rasul, bukan dengan menyelisihi beliau.
Wallahu a'lam bish showab
Rabu, 15 Muharram 1437H / 28 Oktober 2015M
Akhukum Kharisma Ridho H
Sumber :
Syarah Hadits Arbain Annawawi
Kumpulan Hadits Bukhari dan Muslim
muslim.or.id
rumaysho.com
Tulisan yang bagus. Sangat bermanfaat :)
BalasHapusPerkara perempuan yang seharusnya tidak turun ke jalan saya juga sepakat.Syukron sudah mengingatkan.
hehe mungkin inget juga kajiannya dari dr. arief pas radiator kaa.
Umat Islam juga harus bergerak. Fastabiqul Khairot...
Jamaah satu dengan yang lain alangkah lebih baik bersinergis. Yang penting enteng-entengan saja lah kaa hehee
Bener dek, tapi ingat juga perkara akhirat itu sangat berat. Dan mengikuti petunjuk Rasulullah shallalahu 'alaihi wasallam itu lebih selamat.
BalasHapusBarakallahu fiikuk