Minggu, 24 September 2017

Ketaatan kepada Allah nomor satu


Apakah dibenarkan apabila terdapat karyawan yang lebih mematuhi manager daripada direkur? Tentu hal ini kontradiktif dengan aturan yang ada, bahkan bisa jadi karyawan tersebut mendapat masalah sampai-sampai bisa diberhentikan dari kerja
Lalu sekarang, apa jabatanmu sehingga dirimu berani meninggalkan perintahNya, bermaksiat kepadaNya, karena keberadaan seorang makhluq? 
.
Jadi kau lebih takut kepadan seorang manusia dibandingkan takut kepada Allah azza wa jalla ?
Hati-hati dengan firman Allah ta’ala berikut :
“Sesunguhnya dalam hati mereka (orang munafik), kamu (kaum muslimin) lebih ditakuti daripada Allah. Yang demikian itu karena mereka orang-orang yang tidak mengeri. (QS Al-Hasyr : 13)

Benarkah demikian? Jelas salah, Sebab ketaatan kepada makhluk tak boleh dilakukan apabila dalam perkara maksiat, misalnya dalam perkara kesyirikan, kekafiran, bid’ah dan dosa lainnya.
Allah -Ta’ala- menjelaskan hal ini dalam firman-Nya :
“Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang tuanya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. (QS. Al-Ankabut : 8 ) 

Dan hal ini dapat dipertegas dari hadits Rasulullah shallallhu ‘alaihi wasallam ketika beliau menasehati untuk taat pada pemimpin.
“Bagi setiap muslim, wajib taat dan mendengar kepada pemimpin (penguasa) kaum muslimin dalam hal yang disukai maupun hal yang tidak disukai (dibenci) kecuali jika diperintahkan dalam maksiat. Jika diperintahkan dalam hal maksiat, maka boleh menerima perintah tersebut dan tidak boleh taat.” (HR. Bukhari dan Muslim).
.
Beberapa faedah dari hadits di atas yaitu , wajib bagi setiap muslim untuk mentaati pemimpin atau imam kaum muslimin dalam segala perkara, baik dalam keadaan suka maupun tidak suka akan tetapi tidak boleh mentaati penguasa dalam hal maksiat karena tidak ada ketaatan dalam bermaksiat pada Allah. Setiap muslim wajib mengenyampingkan kepentingan individu dan kelompok, lalu memilih perkara yang lebih menyatukan kaum muslimin.
.
Meski demikian, dalam hal keluarga, seorang isteri, atau anak, hendaknya tetap menempuh cara yang baik untuk mengatasi problema-problema tersebut, yaitu dengan menjelaskan dalil-dalil syariatnya, keharusan mentaati Allah dan RasulNya, waspada terhadap perbuatan maksiat kepada Allah dan RasulNya, sambil terus konsisten melaksanakan kebenaran, tidak mematuhi perintah yang menyelisihi kebenaran, baik perintah itu dari suami, ayah, ibu ataupun lainnya.
.
Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam  :
Tidak boleh mentaati mekhluk dengan bemaksiat terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala”.

(HR Ahmad)
.
Hadits ini mengandung banyak pelajaran, di antaranya tidak diperbolehkannya mentaati orang yang memerintahkan durhaka kepada Allah azza wa jalla, baik hal itu dilakukan oleh pemerintah, ulama ataupun masyaikh. Karena ketaatan kepada Allah adalah nomor satu, dan jangan sampai menggadaikan akhiratmu hanya untuk seucil dari kesenangan dunia.

Wallahu a’lam, 4 Muharram 1439H
Barakallahu fiikum

Kharisma Ridho Husodo

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © 2014 Qolbu Booster